Thursday, December 31, 2020

Pengalaman Sex Yang Hanya Karena Nafsu

LASKARQQTanggung jawabku sebagai seorang Shipping Manajer menyebabkan aku punya banyak relasi bisnis dari perusahaan perusahaan pelayaran maupun perusahaan angkutan lainnya. Namun ada satu rekanan bisnisku yang akan kuceritakan dalam kisah ini.

Sebut saja Lusi, begitu nama sales executive dari sebuah pelayaran di kota S, bertinggi badan kurang lebih 165 cm, dengan postur tubuh proporsional dan busung dada 36. Hidungnya mancung dan rambut hitam ikal sebahu

Perusahaannya memang bonafide, sehingga beberapa pekerjaan skala besar dapat terkirimkan dengan baik. Jujur saja dalam hati kecil ini juga kagum pada kecantikan Lusi dan sebagai lelaki normal yach secara tak sengaja melihat sisi dalam pahanya saat disilangkan yang membuat seonggok daging kenyal disela-sela pahaku, “unjuk diri”.

Sebagai relasi yang baik Lusi terkadang mengajak lunch di luar ataupun hanya memberiku cindera mata atau selepas kerja kami nongkrong di kafe musik.

Pada saat itulah Lusi bertanya banyak tentang diriku dan kujawab semua dengan benar, aku memang suka berterus terang termasuk keadaan diriku yang sudah berkeluarga yang mempunyai seorang putra 2,5 tahun dan istriku sedang mengandung 8 bulan.

Akhirnya aku pun tahu bahwa Lusi adalah menjadi simpanan boss-nya bule asal Amerika yang bernama Richard, namun kini telah meninggalkan Indonesia karena sudah diganti oleh GM baru asal Indonesia. Mata Lusi tampak menerawang jauh dan angannya terbang ke Amerika sana namun dia tersadar itu tak mungkin lagi menikmati kebersamaan mereka lagi.

Tepat liburan umum di bulan Januari lalu Lusi meneleponku dan mengajak ke Batu, katanya sich dalam rangka merayakan ulang tahunnya yang ke-29 dan untuk menemaninya (biasanya Lusi menghabiskan weekend di sana bersama Richard).

“Mas Sony mau nggak temenin aku ke Batui nanti di acara ultah-ku?” tanya Lusi di telepon.

“Emang acaranya apaan?” selidikku.

“Ah.. udah dech pokoknya temenin aku yach, please..” rengeknya setegah memohon.

“Ini khan ultah-ku yang ke-29, please Mas Bram please.. kali ini saja!” pintanya.

Lelaki mana yang sanggup menolak kamu Lus, wajahmu yang cantik, bodi kamu punya, bibir tipis nan sensual waah segalanya deh, bathinku dalam hati. Aku tersadar saat Lusi menyambung pembicaraannya lagi.

“Atau aku mesti bilang ke Mbak Santi istri Mas..” imbuhnya.

“Ngg.. nggak usah dech, oke.. oke..”

Buru-buru aku menyergahnya. Sabtu malam ini kami ngobrol berdua dengan istriku dan aku bohong padanya kalau aku besok malam harus menemani tamu Technical Advisor-ku dari Jepang termasuk mencarikan hiburan buat tamuku juga.

Sabtu pagi aku berpamitan pada istriku dan memacu Capella kesayanganku ke arah Malang, aku sendiri sekarang tinggal di Gresik. Namun sebelum itu aku menjemput Lusi di rumah kontrakannya di kawasan Surabaya Barat.

Selang lima menit aku pencet bel keluarlah Lusi mengenakan stelan span deep marine dan atas you can see biru muda, sebuah pemandangan yang amat serasi dan indah.

Sepanjang perjalanan kami hanya ngobrol ringan soal pekerjaan dan kami bersenda gurau di antaranya. Aku tahu Lusi adalah wanita yang amat kesepian, aku juga terkadang kasihan melihatnya. Meski dia sukses di kariernya tapi di lain pihak di juga butuh pendamping yang mengisi kekosongan jiwanya.

“Mas Sony, sebelumnya aku minta maaf kalo permintaanku kali ini menyita waktu untuk keluarga Mas,” Lusi mulai membuka pembicaraan.

“Aku sukses dalam berkarierku dan hidup mewah karena support besar company Mas Sony, khuLusnya Mas Pribadi dari Mas,” kata Lusi, (ini karena perusahaanku merupakan big customer bagi dia).”It’s OK,” jawabku.

“Mas Sony kali ini aku meminta kepada Mas, buatlah dua hari ini berarti buat kekosongan hidupku,” pinta Lusi.

“Hiburlah aku yang kesepian Mas,” pinta Lusi lagi.

Cihuy.. sorak aku dalam hati.

Setelah check in kami lantas menuju ke paviliun paling ujung yang mempunyai view sangat indah berpagar bukit dan taman anggrek nan segar dipandang mata.

Hawa dingin ini membuatku sedikit malas untuk melakukan aktivitas dan kami menghabiskan kurang lebih satu setengah jam untuk ngobrol. Yach hitung-hitung sekaligus pendekatan kepada Lusi karena selama ini hanya sebatas hubungan kerja atau formal bukan suasana privacy seperti saat ini.

Jam tiga sore badanku mulai gerah dan rasanya ingin mengajak Lusi berenang di kolam air hangat di Hotel tersebut. Kami pun berenang bersama dan rasanya sungguh nikmat, hangat dan segar.

“Mas Sony masih kelihatan gagah yach,” puji Lusi saat aku istirahat sebentar dan duduk di tepian kolam.

“Ah Masak sich?” sahutku.

Sepintas aku menangkap gerakan bahwa matanya tertuju pada selangkanganku yang memang sudah hampir 1,5 bulan tidak pernah lagi bersarang. Meski lagi mengkerut akan tetapi dengan celana renang ketat ini pastilah menonjol testisku. Kulihat Lusi sedikit menahan nafas karenanya.

Kami lantas berenang dan berenang lagi sampai badanku terasa sedikit capai. Aku lantas berhenti dan melilitkan handukku menuju ke kursi di pinggiran kolam, lalu kuteguk air mineral ukuran setengah liter itu sampai habis.

Lusi sendiri masih asyik berenang dan tak kusangka tubuhnya yang biasa dibalut jas kerjanya itu kelihatan ramping dan mulus sekali. Aku berdiri melakukan gerakan pelemasan kecilku sambil menikmati tubuh mulus Lusi dan Lusi semakin merasa aku perhatikan semakin terkesan dibuat-buat gerakannya memancing birahiku.

Aku kemudian rebahan kembali di kursi dam melemaskan ototku, Lusi sebentar kemudian naik menyusulku mengambil tempat di sampingku.

“Lus..” panggilku yang aku buat-buat semesra mungkin.

“Hem..” sahut Lusi yang ternyata masih menyedot orange juice dan bibirnya itu wah tidak dibayangkan dech kalau lagi menghisap punyaku ini.

Dan perlahan namun pasti penisku mengeras menyembul di bawah belitan handukku, lalu aku sedikit naikkan pinggulku agar Lusi juga dapat menikmati apa yang ia inginkan sesaat lagi.

“Ada apa Mas..?” tanya Lusi sedikit serius namun matanya melirik ke arah penisku yang sudah setengah mengeras.

“Enggak, cuman aku melihat hari ini kamu lebih seksi,” rayuku.

“Emm.. gimana yach kalo si kekar dan si seksi bersatu yach..” tanya Lusi mengerlingkan mata kirinya.

“Pengin tau jawabnya? Hayo kita ke markas,” ajakku seraya membimbingnya berdiri.

Kami lantas berjalan bergandengan menuju paviliun kami menginap.

“Emh belum-belum khok udah loyo,” ejekku kepada Lusi dan berlari kecil meninggalkannya.

“Eh sialaan..” teriak Lusi lalu mengejarku yang berlari ke arah Paviliun itu.

“Mas Sony, gandeng doong..” rengek Lusi manja disela-sela nafasnya yang terengah-engah.

Kami pun bergandengan mesra bak orang pacaran dan semua terjadi spontan. Aku tak ingat lagi istri dan anakku di rumah saat ini, yang kuinginkan hanyalah kenikmatan dan kehangatan tubuh Lusi untuk melampiaskan libidoku.

Kami memasuki paviliun itu dan duduk di sofa besar menghadap ke arah bukit indah. Matahari serasa mengintip kami dari balik bukit itu dan enggan menutup tirai hari ini dan dilain pihak kami sudah ingin segera menikmati malam indah nanti. Kami duduk berdampingan menikmati alunan musik lembut dan pemandangan yang mempesona di bukit sana.

“Lis, aku sebenarnya.. sedikit.. emmhh..” kataku ragu.

“Mas Sony, aku adalah wanita normal dan punya hasrat seks akan tetapi Mas Sony jangan khawatir padaku, aku nggak bakal minta macam-macam dari Mas Sony dan kita hanya bersenang-senang saja, just fun,” kata Lusi semakin memantapkan rasa hatiku.

“Lagian nggak mungkin karena aku tahu Mas Sony punya keluarga yang bahagia,” imbuh Lusi.

“Bukankah istri Mas juga tidak boleh melayani lagi karena bahaya bagi usia kandungannya,” bela Lusi seraya melingkarkan kedua lengan rampingnya ke leherku.

Aku kemudian mendekap Lusi, terasa hangat dan lembut tubuh indah ini lalu kudekatkan wajahku ke arah wajahnya.

Kami bertatapan cukup lama dan penuh arti, kulihat dari tatapan matanya Lusi sudah betul-betul horny demikian pula aku yang sudah 2 bulan lalu tidak mengasah batang pejal kebangganku. Sekejap bibir kami mulai menyatu dalam alunan kemesraan berselimut hasrat bergelora. Ujung lidah kami bergantian menggelitik rongga mulut kami masing-masing.

“Mass.. oohh puaskan aku yach sayang,” rengek Lusi di sela-sela desah nafasnya yang memburu deras.

“Segera sayang, saatnya sebentar lagi tiba. Aku akan membawamu ke langit tujuh,” bisikku sambil melepas satu persatu kain di tubuhnya.

Udara dingin yang bersentuhan langsung dengan pori-pori Lusi menambah sensasi dan rindu akan sentuhan dan juga rabaan-rabaan maupun jilatan sekujur tubuhnya. Kali ini aku akan memperlakukannya bak seorang putri maka akan berbahagialah Lusi dalam dua hari ini.

Setelah memakaikan dia sleeping jas, aku kemudian mengajaknya berdiri di dekat jendela menikmati senja nan indah dan syahdu ini, aku mendekapnya dari belakang dan belakang telinganya mulai kusentuh dengan ujung lidahku.

“Mass.. oogghh..” Lusi hanya bisa mendesah dan mengesek kedua pahanya.

“Sudah Berapa lama Say..” bisikku di sela-sela permainanku di belakang telinga dan tengkuknya.

“Tiga bull.. aa.. aahh.. gellii,” pekik Lusi sambil membalikkan tubuhnya menghadapku.

Wajah penuh gairah itu mendongak ke arahku dan kulumat bibirnya sementara tanganku mulai menanggalkan semua yaang tersisa di tubuhnya.

“Masshh.. oogghh.. mmpphh,” Lusi menceracau sambil melucuti pakaianku.

Kami sudah telanjang bulat bersama sambil berdansa seirama alunan musik hotel, tubuh kami menyatu dan saling dekap dalam kelembutan dan kehangatan birahi dan tetap berdansa dalam irama kelembutan.

Tangan Lusi melingkar di tengkukku dan kulingkarkan tanganku di pinggangnya, namun kemudian kuturunkan ke arah bongkahan pantatnya dan meraba serta meremas lembut. Pada saat itulah Lusi melepaskan bibirnya untuk melenguh sejenak menikmati rabaan serta sentuhanku.

Penisku sedari tadi mengeras tegak itu menempel di perut Lusi membuat sensasi kehangatan di antara kehangatan tubuh kami.

Cukup lama kami berdansa dan entah sudah berapa lagu kami lewati bersama namun aku tidak ingin segera mengakhiri foreplay ini karena aku ingin Lusi lebih dapat menikmati keromantisan ini lebih lama lagi.

Aku membimbingnya ke arah Sofa dan kududukkan Lusi di pangkuanku, kami pun semakin tenggelam dalam suasana, namun aku tetap berusaha menguasai diri. Pangkal penisku tepat bersentuhan dengan vaginanya yang terasa sudah amat merekah karena rangsangan hebat dan lelehan mani Lusi semakin deras terasa menetes ke “telor”-ku.

Cumbuan demi cumbuan dan rabaan serta sentuhan sudah kulakukan terhadap Lusi. Bibirku sudah pindah ke arah dada Lusi kukulum payudara yang kiri dan tangan kananku memilin puting yang kanan, punggungnya aku beri sentuhan dengan tangan kiriku.

Lusi semakin tak mampu menguasai birahinya yang sudah di ubun-ubun tubuhnya menggelinjang hebat.

“Ooogghh.. aahhkkhh.. please.. masukin.. mass.. sshh,” desis Lusi sambil menjambak rambutnya sendiri.

Bibirnya mendesis tubuhnya ia jatuhkan ke belakang dan bertumpu pada lenganku. Kesempatan itu kugunakan untuk melirik ke arah vaginanya yang merekah menebar bau semerbak, aku tertegun sejenak karena sebelumnya aku belum pernah melakukan ini terhadap istriku atau wanita lainnya.

Namun aku yakin (seperti di cerita-cerita situs ini) jika kujilat vagina Lusi hal ini akan mampu membuat Lusi menggapai orgasmenya lewat hisapanku nanti.

“Soonnhh.. cepp.. peethh.. issepphh..” rengek Lusi terengah-engah saat aku mulai mencumbui bagian bawah perutnya yang indah.

Aku tak menjawab namun segera kududukkan Lusi di sofa, kedua pahanya kuletakkan di pundak dan mulailah aku dengan jilatanku di vagina Lusi. Vaginanya harum bentuknya pun begitu indah dan masih sempit rambutnya tercukur bersih.

“Ssshh.. oouuwww.. aagghh.. pleasee..” pinta Lusi diikuti penekanan kepalaku ke arah selangkangannya.

Sekejap kemudian aku memainkan kasarnya permukaan lidahku untuk menjilat bibir minoranya yang merekah dan Lusi hanya bisa menjerit lirih menahan orgasmenya yang begitu cepat datang.

Sudah tiga bulan, pantas saja sekejap sudah mencair birahi wanita ini, bathinku dalam hati. Aku menyambutnya dengan patukan dan juluran lidahku di dinding rahimnya lalu kukeluar-masukkan lidahku bak penis selagi memompa vagina secara teratur dan lembut.

“Aaawwuughh.. aaghh.. aaghh.. sshh.. Maasshh..” Lusi mengawali orgasmenya dengan jeritan panjang.

Aku menyambutnya lagi dengan menghisap vaginanya dalam-dalam, aku sundut-sundut dengan interval yang lembut teratur. Dan benar dugaanku kali ini, orgasmenya yang kedua segera menyambung membuatnya semakin ngilu dan geli yang amat sangat.

“Aaagghh.. kuu.. llaaghh.. gii.. aakkhh..” Lusi mendongak, kedua tangannya mencengkeram erat sofa.

“Ogghh.. Masshh.. aaghhghh.. aakkhh.. aahhghh..” Lusi mendesah mengakhiri orgasmenya.

Aku berhenti untuk membersihkan mukaku dan menjilat sisa-sisa mani Lusi yang terlihat meleleh menetes hingga anusnya.

“Mass.. aakhh.. please,” pinta Lusi kegelian saat aku membersihkan sisa maninya di sela-sela labia minora-nya. Aku kembali duduk di sofa dan mendudukkan Lusi di pangkuanku, dan sebelum duduk Lusi ambil ancang-ancang untuk menancapkan penisku.

“Slerrphh.. aakgghh.. hangatthh..” suara penis membongkar vagina dan desahan Lusi bersamaan 3/4 penisku dengan mudah tenggelam menjejali vagina Lusi.

Lusi duduk tegak, kedua tangannya membelai rambutnya, matanya terpejam menggigit bibir bawahnya, kemudian ia buka mulutnya saat mendesah bergantian, pinggulnya digoyangkan perlahan sesekali dan pada saat yang tepat ia hentakkan ke pangkal penisku. 16,5 cm penisku telah masuk mengisi rongga rahimnya membuat sensasi kehangatan dan nikmat bercampur jadi satu.

“Oookkhh.. hangatthh.. aakkhh.. Masshh.. puassinnhh.. aku..” pinta Lusi diiringi dengan gerakan naik-turun pinggulnya seperti seorang joki.

15 menit berlalu, tampaknya Lusi masih tenggelam dalam alunan sorgawinya dan kuperhatikan dari tadi matanya tampak terpejam menikmati sensasi ini. Aku sendiri mengimbangi goyangan Lusi dan menunda ejakulasiku, karena aku amat kasihan melihat Lusi yang haus akan kenikmatan birahi.

Aku berusaha menambah rangsangan dengan menggesekkan telunjukku ke anus Lusi yang sebelumya kubasahi dengan ludahku. Tepat saat ujung telunjukku memasuki anus Lusi, Lusi tampak sedikit terkejut dengan membuka matanya lebar-lebar dan sekejap kemudian terpejam dan tubuhnya menegang.

Wajahnya menyeringai, kedua tangannya mencengkeram punggungku erat-erat dan menarik tubuhnya menjauh dariku, tampaknya moment inilah yang Lusi tunggu sejak tadi.

“Ngghh.. aagghh.. aakhh.. aakkh aahhgghh..” Lusi mulai mendapatkan orgasmenya yang nyata yang ia pendam selama tiga bulan.

Pinggulnya ia goyangkan keras tak beraturan demikian pula hentakan pinggulnya dan beruntung rambut kemaluanku sudah aku cukur bersih sehingga terbebas dari rasa sakit akibat himpitan saat vagina menghujamnya.

Lelehan maninya sampai ke pangkal telunjukku yang diam di anusnya kemudian telunjukku yang sudah licin tadi kutusuk-tusukkan lebih keras dan dalam di rongga anusnya. Lusi semakin menghentak dan bergelinjang tak karuan menyambut orgasmenya yang keempat.

“Aaargghh.. aagghh.. oohhgghh.. aakk.. akkhh.. kell.. luaarr aaghh..” Lusi menjerit keras menggapai orgasmenya kali ini.

Vaginanya terasa hangat dan terasa lebih menggelembung dari pada tadi.

“Ooghh.. oommpphh.. aagghh..” desah Lusi tampak lega mengakhiri orgasmenya.

Aku sengaja menunda orgasmeku agar weekend kali ini betul-betul lain dari yang lain bagi Lusi. Lalu kurengkuh kepalanya, kemudian kukecup mesra bibirnya, kulepas, lalu kutatap lembut wajahnya, ekspresi kepuasan terpencar dari sudut matanya yang bening. Masih tetap menancap penisku di rahimnya, kemudian kami berdekapan mesra lama sekali.

“Lus..” tanyaku.

“Hem eemhh.. makasih Mas Sony,” jawab Lusi puas.

Karena capek Lusi melepas gigitan vaginanya dan menghempaskan dirinya di sofa.

“Aahgghh..” lega dan tiga menit Lusi pun tertidur di sofa lalu aku mengambil selimut hangat untuk Lusi.

Setelah mengambil handuk dan mencuci penisku dengan shower hangat di kamar mandi, aku mengambil sleeping jas-ku, kemudian menghampiri Lusi di sofa. Kubelai lembut Lusi dan kuletakkan kepalanya di pahaku.

Aku terdiam menikmati senja yang mulai gelap, tak kulihat lagi indahnya bukit di seberang hotel yang tampak hanya lampu kerlap kerlip di kejauhan. Karena udara semakin dingin menusuk ke tulang rasanya maka aku menggotong Lusi ke tempat tidur dan kudekap hangat ia di dadaku di balik kehangatan selimut kami.

Tiga puluh menit Lusi terlelap, belum ada tanda-tanda ia terjaga membuatku sedikit gelisah karena penisku kembali tegak berdiri.

“Mmmpphh.. ooaakhh ampph.. hahh..” Lusi tampaknya terjaga dan ia kaget mendapati penisku mengeras.

“Sebentar Yach Mas, aku ke kamar mandi dulu, entar gantian Mas aku puasin,” kata Lusi datar seraya berlari kecil ke kamar mandi.

Aku kemudian melepas sleeping jas-ku dan mengelus-elus penis kebanggaanku yang kokoh berdiri tegak. Dari kamar mandi Lusi menghampiriku dan menepis tanganku dari penisku dan kini mulut mungil Lusi mulai mengulum kepala penisku. Batang penisku ia kocok-kocok lembut terkadang ia remas hingga ke kedua biji kemaluanku.

“Oookhh Luss.. sshh..” aku hanya dapat mendesis menikmati kocokan tangan lembut ini.

“Oookkhh.. lebih kerass.. ssaayy..” ceracauku tak karuan karena ejakulasiku tertunda.

Lusi lebih keras lagi mengocok dan diselingi kuluman-kuluman di sepanjang batang penisku.

Kulihat Lusi menggengam batangku dan terlihat kepala penisku menyembul di antara genggaman tangannya. Ujung lidah Lusi beradu dengan ujung kemaluanku tepat di lubang sperma penisku dan Lusi mematuk-matukkan lidahnya tepat di situ, rasanya badan ini bergetar hebat dan ngilu yang amat sangat.

Kedua pahaku otomatis terbuka lebar dan Lusi menempatkan tubuh rampingnya di antara kedua pahaku. Aku semakin tak tahan dengan permainan Lusi, kucengkeram erat rambutnya menahan rasa geli.

“Luusshh.. ooghh.. Luss..” aku mendesis berusaha menahan laju spermaku.

“Bocorin saja Mas.. ayo sayang..!” kata Lusi sambil melihat ke wajahku yang sedang kelojotan kemudian meneruskan patukan lidahnya yang semakin nakal dipadu dengan kocokannya yang lembut.

Aku melirik ke arah Lusi, tampak wajahnya puas mengerjaiku kali ini.

“Aaakhh.. Lusshh.. mmpphh..” desahku menikmati permainan oral Lusi.

Aku semakin tak tahan dengan sensasi yang dibuat Lusi apalagi ia melakukannya juga dipadu dengan pilinan lembut jemari kirinya di puting Lusuku. Aku berusaha mati-matian menahan laju spermaku, namun usahaku itu sia-sia, tiga detik kemudian aku melenguh panjang menyambut sensasi yang segera datang.

“Luuss.. hisapphh.. Sayy.. aku mauu.. kell..” pintaku tak sabar.

Lusi tanggap, kemudian menghisap dalam-dalam kepala penisku, sedetik kemudian.. “Arr.. aakhh.. aakkhh.. aakhh..” aku terpekik melepas semburan maniku di mulut mungil Lusi.

Ditelannya semua spermaku hingga ke tetes terakhir dan penisku semakin terasa kasat dibuatnya. Masih tetap ia kocok penisku sehingga tetap pada kondisi tegang terus meski sudah menyemburkan mani kental. Apalagi sudah dua bulan tidak bersarang, pastilah burungku akan menegang sampai menemukan sarangnya.

Aku kemudian mengulum bibir Lusi sementara Lusi masih mengelus penisku dengan lembut. Lusi rupanya ingin menikmati seks ini dengan alami karena ia merebahkan dirinya di sampingku, lalu aku melingkarkan pahaku di atas kedua pahanya.

Bibirku kini sudah berada di puting kiri Lusi untuk mengerjakan tugas berikutnya, yaitu menggigit-gigit kecil disertai remasan-remasan.

“Mpphh.. oowwghh.. mm.. Maashh..” tampaknya birahi Lusi mulai bangkit dari tidurnya.

Tangan Kiriku juga tak tinggal diam untuk memilin puting kanannya.

“Aaaww mmpphh.. sshh.. Mass.. kamu hangat sayang..” puji Lusi ketika aku mulai menindih tubuhnya dan mencumbui kedua ketiaknya secara bergantian.

“Oooghh.. aahhgghh.. kamu jantan Sayangg.. aku mencintaiimu,” Lusi terus memujiku, tampaknya permainan lembutku membuatnya lupa diri.

Dari rabaan telunjukku tampaknya Lusi sudah siap jika penisku membongkar rahimnya lagi karena sudah lembab.

“Aku masukin yach Say..” tanyaku.

Lusi lalu mencumbui aku dengan lembut namun telapak tangan kanannya meremas pantatku lalu menekannya.

“Blesshh..” dengan mudah masuk seluruh batang penisku karena vagina Lusi sudah lembab dan licin akan sisa-sisa spermaku sore tadi.

“Maasshh.. aakk,” Lusi mendesah panjang menyambut kehangatan yang mulai menjalar ke semua rongga rahimnya.

Kami bercumbu bersama tanpa melakukan goyangan, namun sesekali aku memainkan otot penisku di liang vagina Lusi membuat Lusi kelojotan menahan geli bercampur nikmat.

“Aaahh mmphh.. aah sshh.. aaghh.. ooghh.. nikmath..” desah Lusi.

Kami masih bergumul dalam irama syahdu diiringi desah kelembutan nafas, entah nafsu atau cinta aku pun tidak peduli. Badan Lusi semakin menghangat tanda-tanda ia menjelang puncak nafsunya. Aku mulai memompa penisku lembut dalam irama teratur semetara kedua tanganku memilin dan meremas kedua bukit indahnya.

Tubuh Lusi semakin terhentak kala tempo permainan hentakanku semakin kutambah, hal ini karena sensasi yang aku rasakan juga semakin nikmat. Penisku terasa tergigit oleh labia minora-nya kala aku menusukkan penisku dalam-dalam dan terasa terhisap kala aku menarik penisku.

Pompaan penisku semakin kencang sampai badan Lusi terhentak, namun Lusi hanya merengek manja, melenguh, mendesah dan menjerit lirih kala sedikit gesekan penisku membuat vaginanya ngilu.

15 menit berlalu, kepalanya kulihat mulai menoleh ke kiri dan ke kanan tak beraturan, wajahnya memerah oleh birahi, tubuhnya terasa lebih hangat dan vaginanya mengempot teratur. Tubuhnya lalu menegang, kedua tangannya lantas dibuka lebar-lebar ke atas, berpegangan pada sisi tempat tidur untuk bersiap-siap melepas orgasmenya yang akan dahsyat.

Aku membantu menstimulasi gesekan penisku dengan klitorisnya yang kenyal di bagian tubuh lain, aku mencumbui kedua ketiak Lusi bergantian. Lusi merasakan terbang di langit yang tinggi beralaskan putihnya mega yang menyelimutinya dan shatin tempat tidur ini memberi inspirasi seolah kami bercumbu di awan yang lembut.

“Lus.. I love you..” bisikku spontan kala mendapati wajahnya yang cantik rupawan, memang dia adalah tipeku, tipe-tipe wanita langsing seperti dia.

“Ahhghhku.. juhhggaa.. Masshh,” Lusi membalas cumbuanku dengan buas.

Kali ini Lusi diam membisu dan tubuhnya mulai menegang, diam dan matanya terpejam memancarkan ekspresi mendalam. Aku lalu melesakkan dalam-dalam penisku terasa mentok sampai ke dasar dan aku diamkan di sana sambil aku mainkan otot-otot penisku.

Sedetik kemudian datanglah apa yang Lusi rindukan, “Maasshh.. aagghh aaghh aakkhh.. aahkkuu.. ssaamm..” Lusi mengawali orgasmenya dengan lengkingan panjang. Putingnya kini aku gigit-gigit kecil dan lereng bukit payudaranya aku remas lembut dan tampak Lusi masih mendesah meregang orgasmenya yang pertama.

Stimulasi di putingnya membuatnya menggapai orgasmenya yang kedua dan ketiga secara bersamaan.

“Ooouugghh.. aakku.. lahhggi.. aagghh..” Lusi menggelinjang tak karuan.

Tangannya mencakar punggungku menahan geli bercampur yang amat sangat kala aku semakin cepat memompa lagi penisku. Cairan mani Lusi yang banyak menyebabkan bunyi-bunyi saat penisku menghujam vagina Lusi dan semakin melicinkan tusukanku saja, dan yang kutunggu segera tiba.

“Lusshh.. aahku.. mmpphh..” gumamku sambil menggenjot penis dan meremas puting Lusi.

“Masshh.. aagghku.. jugaa..” balas Lusi.

“Oouumpphh.. aa.. aa.. aaghh,” teriak kami bersamaan, persetan dengan orang lain yang mendengarnya.

Maniku mengalir deras bersamaan dengan Lusi yang kurasakan hangat di sepanjang batang penisku. Kami pun terbawa arus orgasme bersama yang sensasional bergumul, mencumbui, menggigit kecil bergantian dan nikmat “langit tujuh” bagi Lusi sudah ia dapatkan dan juga aku.

Lusi masih tetap dalam dekapanku dan tak ingin kulepaskan untuk selamanya saat penisku terlepas dari gigitan vaginannya. Aku melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 09:00 malam dan itu berarti kami sudah bercinta lebih kurang 5 jam sejak sore tadi.

Kami lalu berendam di bath tub hangat dan tidak melewatkan satu ronde di sana sebelum kami keluar bersama mencari makan dan minuman energy serta gingseng.

Setelah itu kami kembali ke hotel lagi dan menghabiskan malam dengan berbagai gaya bercinta seperti yang kami lihat di channel video kamar kami sampai jam 03:00 pagi, setelah itu kami tertidur karena lelah. Dua hari kami habiskan menguras mani kami masing-masing sebelum akhirnya kami berpisah di Surabaya.

Para pembaca, nafsu memang bukanlah cinta karena seseorang bisa bilang cinta saat diselimuti nafsu, demikian pula sebaliknya.

CERITA DEWASA | CERITA NIKMAT | CERITA ENAK | KUMPULAN CERITA DEWASA BERGAMBAR LASKARQQ | LASKARCASINO | BANDARQ | BANDAR POKER | BANDAR66 | POKER | DOMINO99

Cerita Sex Bercumbu Dengan Pacar Dihotel



LASKARQQTernyata orangnya supel dan pandai bergaul, sehingga aku tambah berani tuk menyatakan perasaan hatiku, lagi-lagi aku beruntung dia menerima pernyataanku ,ukh bahagianya aku. Suatu hari aku ada acara keluar kota , iseng aku mengajaknya pergi, ternyata dia menyambut ajakanku. Sepanjang jalan menuju luar kota kami ngobrol sambil bercanda mesra, kadang tanganku iseng pura-pura tak disengaja menyentuh pahanya mulanya dia menepis tanganku tapi lama kelamaan membiarkan tanganku yang iseng mengelus pahanya yang putih dan gempal, aku memberanikan diri mengelus- elus pahanya sampai kepangkal pahanya . Dia tetap diam bahkan seperti menikmati elusan tanganku.

Aku tarik tanganku dari rok hitamya lalu bertanya padanya boleh nggak aku menyentuh payudaranya yang membukit dibalik baju berwarna pink. mulanya dia menolak ,aku coba merayunya bahwa aku ingin mengelus walau hanya sebentar.

Akhirnya dia mengangguk pelan, langsung aja tanganku menyusup kebalik bajunya dan mengusap, mengelus bahkan saat kuremas susunya yang mungil dan kenyal dia hanya mendesah dan menyandarkan kepalanya pada sandaran jok mobil yang kami kendarai. Kupermainkan puting susunya dengan dua jari dia semakin mendesah, sambil tetap menyetir aku tarik reslting celanaku dan aku keluarkan penisku yang telah menegang sejak tadi bak laras tank baja, aku pegang tangannya dan kutarik kearah penisku, saat tangannya menyentuh penisku yang besar dan panjang dia tarik kembali tangannya mungkin kaget karena baru pertama kali. Dengan sedikit basa basi kembali kutarik tangannya tuk memegang penisku akhinya dia menyerah kemudian mulai mengelus penisku perlahan.

“Jim,punyamu besar sekali hampir sebesar pergelangan tanganku”, katanya “Hmm, susumu juga kenyal sekali” kataku sambil menikmati elusan tangannya pada penisku Tak lama kami sampai di kota tujuan, langsung aku cari tempat untuk menginap setelah itu pergi lagi tuk belanja keperluan selama di kota itu.

Malam kami ngobrol diberanda depan kamar tempat kami menginap sambil nonton tv, kami duduk berdampingan sekali kali tanganku bergerilnya ditubuhnya ternyata dia dibalik baju tidurnya dia hanya memakai Celana dalam sehingga tanganku bisa bebas meremas remas susunya dan mempermainkan putingnya . “Akh,Jim jangan terlalu keras” katanya kala kuremas dengan rasa gemas. “Maaf,habis susumu kenyal sekali” kataku

“Iya,tapi sakit” katanya “Iya pelan deh, kita pindah kedalam yuk” kataku berbisik padanya dan mengangguk perlahan. Sesampainya didalam aku peluk dia dari belakang, kuciumi tengkuknya yang putih dengan penuh nafsu dia bergelinjang kegelian sedangkan kedua tanganku bergerilya pada tubuhnya. “Akh,Jim………shhhhhhhh… Nikmattt” katanya

Dinding rumah mulai agak kusam, tandanya rumah harus segera ada perhatian. Ya plafon juga sudah ada sedikit ada sedikit kerusakan,ya lumyan lama rumah ini berdiri sekitar 5 tahun yang lalu. Suasanya halaman yang dulunya asri oleh bunga warna-warni kini seakan tiada lagi, hanya tertinggal berbagi saja, bunga tulip, melati satu batang, bunga anggrek pemberian tante. Semua itu prediksi ku harus segera di percepat mengingat rumah ku sebagai tempat kost

Penghuninya biar nyaman yang punya rumah kudu perhatian juga.Mengingat service itu dimana saja harus baik. Aku Punya tempat kos-kosan, dengan menjadikan rumah sebagai tempat beristirihat sejenak bagi yang membutuhkan, Tapi dalam yang ku alami aku tidak pernah menduga ada kejadian mengesankan, ini ceritanya, Pertama kali aku mengenalnya adalah saat pulang dari Jakarta, dia adalah siswa sekolah keguruan yang ada di kotaku pada saat itu, dia cantik ,manis dan bertubuh mungil dengan kulit putih. Dasar nasibku lagi mujur tak lama berselang dia pindah kost kerumahku jadi mudah bagiku tuk lebih jauh mengenalnya.

Ternyata orangnya supel dan pandai bergaul, sehingga aku tambah berani tuk menyatakan perasaan hatiku, lagi-lagi aku beruntung dia menerima pernyataanku ,ukh bahagianya aku. Suatu hari aku ada acara keluar kota , iseng aku mengajaknya pergi, ternyata dia menyambut ajakanku. Sepanjang jalan menuju luar kota kami ngobrol sambil bercanda mesra, kadang tanganku iseng pura-pura tak disengaja menyentuh pahanya mulanya dia menepis tanganku tapi lama kelamaan membiarkan tanganku yang iseng mengelus pahanya yang putih dan gempal, aku memberanikan diri mengelus- elus pahanya sampai kepangkal pahanya . Dia tetap diam bahkan seperti menikmati elusan tanganku.

Aku tarik tanganku dari rok hitamya lalu bertanya padanya boleh nggak aku menyentuh payudaranya yang membukit dibalik baju berwarna pink. mulanya dia menolak ,aku coba merayunya bahwa aku ingin mengelus walau hanya sebentar.

Akhirnya dia mengangguk pelan, langsung aja tanganku menyusup kebalik bajunya dan mengusap, mengelus bahkan saat kuremas susunya yang mungil dan kenyal dia hanya mendesah dan menyandarkan kepalanya pada sandaran jok mobil yang kami kendarai. Kupermainkan puting susunya dengan dua jari dia semakin mendesah, sambil tetap menyetir aku tarik reslting celanaku dan aku keluarkan penisku yang telah menegang sejak tadi bak laras tank baja, aku pegang tangannya dan kutarik kearah penisku, saat tangannya menyentuh penisku yang besar dan panjang dia tarik kembali tangannya mungkin kaget karena baru pertama kali. Dengan sedikit basa basi kembali kutarik tangannya tuk memegang penisku akhinya dia menyerah kemudian mulai mengelus penisku perlahan.

“Jim,punyamu besar sekali hampir sebesar pergelangan tanganku”, katanya “Hmm, susumu juga kenyal sekali” kataku sambil menikmati elusan tangannya pada penisku Tak lama kami sampai di kota tujuan, langsung aku cari tempat untuk menginap setelah itu pergi lagi tuk belanja keperluan selama di kota itu.

Malam kami ngobrol diberanda depan kamar tempat kami menginap sambil nonton tv, kami duduk berdampingan sekali kali tanganku bergerilnya ditubuhnya ternyata dia dibalik baju tidurnya dia hanya memakai Celana dalam sehingga tanganku bisa bebas meremas remas susunya dan mempermainkan putingnya . “Akh,Jim jangan terlalu keras” katanya kala kuremas dengan rasa gemas. “Maaf,habis susumu kenyal sekali” kataku

“Iya,tapi sakit” katanya “Iya pelan deh, kita pindah kedalam yuk” kataku berbisik padanya dan mengangguk perlahan. Sesampainya didalam aku peluk dia dari belakang, kuciumi tengkuknya yang putih dengan penuh nafsu dia bergelinjang kegelian sedangkan kedua tanganku bergerilya pada tubuhnya. “Akh,Jim………shhhhhhhh… Nikmattt” katanya

Tanganku mulai membuka kancing bajunya satu persatu dan kulepas bajunya hanya tinggal celana dalamnya yang berwarna hitam. Kukulum bibirnya, dia membalas kulumanku dengan penuh gairah. Tangannya mengusap-usap kontolku sesekali meremasnya sehingga aku merasakan nikmat yang tak terhingga. “Ukh.. teruskan yang” kataku “Ikh besar sekali, panjang lagi” katanya. “Ssssst ,” kataku sambil mengisap puting susunya yang makin menegang, tanganku kupergunakan untuk menurunkan celana dalamnya. Kuusap perlahan gundukan daging empuk yang ditumbuhi bulu-bulu hitam halus, dia menggelinjang kegelian dan kulanjutkan dengan menggelitik belahan memeknya hangat terasa. “Akh….teruskan pelan pelan” katanya sambil meremas penisku. Kemudian aku menurunkan kulumanku pada susunya ke pusarnya, dia mengangkat pinggangnya keenakan kuteruskan ciumanku pada memeknya dan menegang saat lidahku yang kasar menjilati memeknya yang merah merekah. Dia mengimbangi permainan lidahku dengan menggoyangkan pinggulnya bibirnya tak henti-henti mendesah .

“Sekarang giliranmu sayang” kataku padanya sambil menyodorkan penisku kemulutnya. Perlahan tapi pasti dia mulai menciumi batang kemaluanku yang sejak tadi menegang, saat dia mulai mengulum penisku terbang rasanya menahan rasa nikmat.

Setelah itu kutelentangkan kekasihku yang putih, susunya yang mungil menggunung dengan memeknya yang merah merekah dibalik bulu- bulu hitam halus. Perlahan-lahan aku menaikinya, kugosok-gosokkan penisku pada belahan memeknya dia meregang sambil mendesah tak karuan merasakan nikmatnya gosokkan penisku. Kemudian kutekan sedikit demi sedikit penisku pada memeknya, pinggulnya naik seakan menyuruh agar penisku segera dimasukkan pada memeknya.

“Ayo,akh aaaaaaaakh teruskan sayangku” katanya sambil menarik pinggangku “Baiklah ,sayang aku masukkan ya” kataku sambil menekan penisku agar masuk lebih dalam lagi pada lubang memeknya perlahan karena takut dia kesakitan,sempit sekali. “Aduh..,sakit Jim akh…” katanya

“Sebentar juga hilang” kataku,penisku keluar masuk memeknya yang terasa basah dan hangat. Rupanya ini pengalaman pertama baginya karena ada noda darah pada pangkal pahanya. “Terus “.lebih cepat akh..ukh.. nikmat sekali kontolmu sayang” katanya berani mungkin karena pengaruh rasa nikmat dari keluar masuknya penisku yang panjangnya 30 cm, penisku pun mulai merasakan nikmat dari gesekan dengan dinding dalam memeknya.

Akh…terus goyang pinggulmu” kataku padanya, dan dia menuruti kataku menggoyangkan pinggulnya Tak lama dia mengerang sambil memelukku erat rupanya dia telah mencapai orgasme, dia berbaring lemas dibawaku sedangkan penisku masih menancap pada memeknya yang terasa basah . Terlihat ada air mata pada ujung kelopak matanya, melihat itu aku segera berbisik padanya bahwa aku akan bertanggung jawab atas semua ini.Barulah dia berubah riang kembali dan aku mulai aktifitas kembali menaik turunkan penisku dan dia merespon gerakanku dengan bersemangat .Malam itu melakukannya sebanyak 6 kali sampai akhirnya tertidur pulas sampai pagi.

Wednesday, December 30, 2020

Cerita Sex Nikmatnya Tubuh Santi


 LASKARQQNamaku adalah Kevin (bukan nama yang sebenarnya), dan aku kuliah di salah satu universitas swasta di Bandung, Aku berasal dari luar daerah dan aku tinggal di kost. Aku pun termasuk orang yang berada, serta sangat menjalankan keagamaan yang kuat. Apalagi untuk mencoba narkoba atau segala macam, tidak deh.

Kejadian ini bermula pada waktu kira-kira 4 bulan yang lalu. Tepatnya hari itu hari Selasa kira-kira jam 14:12, aku sendiri bingung hari itu beda sekali, karena hari itu terlihat mendung tapi tidak hujan-hujan. Teman satu kostan-ku mengatakan kepadaku bahwa nanti temanya anak SMU akan datang ke kost ini, kebetulan temanku itu anak sekolahan juga dan hanya dia yang anak SMU di kost tersebut.

Setelah lama menunggu akhirnya orang yang ditunggu datang juga, kemudian temanku langsung mengajaknya ke tempat kamarku yang berada di lantai atas. Akhirnya aku dikenali sama perempuan tersebut, sebut saja namanya Santi. Lama-lama kami ngobrol akhirnya baru aku sadari bahwa hari menjelang sore. Kami bertiga bersama dengan temanku nonton TV yang ada di kamarku. Lama-lama kemudian temanku pamitan mau pergi ke tempat temannya, katanya sih ada tugas.

Akhirnya singkat cerita kami berdua di tinggal berdua dengan Santi. Aku memang tergolong cowok yang keren, Tinggi 175 cm, dengan berat badan 62 kg, rambut gelombang tampang yang benar-benar cute, kata teman-teman sih. Santi hanya menatapku tanpa berkedip, akhirnya dia memberanikan diri untuk menggelitikku dan aku tidak tahu darimana dia mengetahui kelemahanku yang sangat vital itu kontan saja aku langsung kaget dan balik membalas serangan Santi yang terus menerus menggelitikiku. Lama kami bercanda-canda dan sambil tertawa, dan kemudian diam sejenak seperti ada yang lewat kami saling berpandang, kemudian tanpa kusadari Santi mencium bibirku dan aku hanya diam kaget bercampur bingung.

Akhirnya dilepaskannya lagi ciumannya yang ada di bibirku, aku pun heran kenapa sih nih anak? pikirku dalam hati. Santi pun kembali tidur-tiduran di kasur dan sambil menatapku dengan mata yang uih… entah aku tidak tahu mata itu seolah-olah ingin menerkamku. Akhirnya dia melumat kembali bibirku dan kali ini kubalas lumatan bibirnya dengan hisapan-hisapan kecil di bibir bawah dan atasnya. Lama kami berciuman dan terus tanpa kusadari pintu kamar belum tertutup, Santi pun memintaku agar menutup pintu kamarku, entah angin apa aku hanya nurut saja tanpa banyak protes untuk membantah kata-katanya.

Setelah aku menutup pintu kamar kost-ku Santi langsung memelukku dari belakang dan mencumbuku habis-habisan. Kemudian kurebahkan Santi di kasur dan kami saling berciuman mesra, aku memberanikan diri untuk menyentuh buah dadanya Santi yang kira-kira berukuran berapa ya…? 34 kali, aku tidak tahu jelas tapi sepertinya begitu deh, karena baru kali ini aku menuruni BH cewek. Dia mengenakan tengtop dan memakai sweater kecil berwarna hitam. Aku menurunkan tengtop-nya tanpa membuka kutangnya. Kulihat buah dada tersebut… uih sepertinya empuk benar, biasanya aku paling-paling lihat di BF dan sekarang itu benar-benar terjadi di depan mataku saat ini.

Tanpa pikir panjang, kusedot saja buah dada Santi yang kanan dan yang kirinya aku pelintir-pelintir seperti mencari gelombang radio. Santi hanya mendesah, “Aaahhh… aaahhh… uuhhh…”Aku tidak menghiraukan gelagat Santi yang sepertinya benar-benar sedang bernafsu tinggi. Kemudian aku pun kepingin membuka tali BH tengtop-nya. Kusuruh Santi untuk jongkok dan kemudian baru aku melihat ke belakang Santi, untuk mencari resliting kutangnya. Akhirnya ketemu juga dan gundukan payudara tersebut lebih mencuat lagi karena Santi yang baru duduk di bangku SMU kelas 2 dengan paras yang aduhai sehingga pergumulan ini bisa terjadi. Dengan rakusnya kembali kulumat dada Santi yang tampak kembali mengeras, perlahan-lahan ciumanku pun turun ke bawah ke perut Santi dan aku melihat celana hitam Santi yang belum terbuka dan dia hanya telanjang dada.

Aku memberanikan diri untuk menurunkan celana panjang Santi, dan Santi pun membantu dengan mengangkat kedua pinggulnya. Santi pun tertawa dan berkata, “Hayo tidak bisa dibuka, soalnya Santi mempunyai celana pendek yang berwarna hitam satu lagi…” ejek Santi sambil tersenyum girang.Aku pun dengan cueknya menurunkanya kembali celana tersebut, dan kali ini barulah kelihatan celana dalam yang berwarna cream dan dipinggir-pinggirnya seperti ada motif bunga-bunga, aku pun menurunkanya kembali celana dalam milik Santi dan tampaklah kali ini Santi dalam keadaanbugil tanpa mengenakan apapun. Barulah aku melihat pemandangan yang benar-benar terjadi karena selama ini aku hanya berani berilusi dan nonton tidak pernah berbuat yang sebenarnya.

Aku pandangi dengan seksama kemaluan Santi dengan seksama yang sudah ditumbuhi bebuluan yang kira-kira panjangnya hanya 2 cm tapi sedikit, ingin rasanya mencium dan mengetahui aroma kemaluan Santi. Aku pun mencoba mencium perut Santi dan pusarnya perlahan tapi pasti, ketika hampir mengenai sasaran kemaluannya Santi pun menghindari dan mengatakan, “Jangan dicium memeknya akh.. geliii…” Santi mengatakan sambil menutup rapat kedua selangkangannya.

Yah, mau bagaimana lagi, langsung saja kutindih Santi, kucium-cium sambil tangan kiriku memegang kemaluan Santi dan berusaha memasukkanya ke dalam selangkangan Santi. Eh, Santi berontak iiihhh… ge.. li..” ujar Santi. Tahu-tahu Santi mendorong badanku dan terbaliklah keadaan sekarang, aku yang tadinya berada di atas kini berubah dan berganti aku yang berada di bawah, kuat sekali dorongan perempuan yang berbobot kira-kira 45 kg dengan tinggi 160 cm ini, pikirku dalam hati. “Eh… buka dong bajunya! masak sih Santi doang yang bugil Kevinnya tidak…?” ujar Santi sambil mencopotkanbaju kaos yang kukenakan dan aku lagi-lagi hanya diam dan menuruti apa yang Santi inginkan.

Setelah membuka baju kaosku, tangan kanan Santi masuk ke dalam celana pendekku dan bibirnya sambil melumat bibirku. Gila pikirku dalam hati, nih cewek kayaknya sdah berpengalaman dan dia lebih berpengalaman dariku. Perlahan-lahan Santi mulai menurunkan celana pendekku dan muncullah kemaluanku yang besarnya minta ampun (kira-kira 22 cm). Dan Santi berdecak kagum dengan kejantananku, tanpa basa-basi Santi memegangnya dan membimbingnya untuk masuk ke dalam liang senggama miliknya Santi, langsung saja kutepis dan tidak jadi barang tersebut masuk ke lubang kemaluan Santi. “Eh, jangan dong kalau buat yang satu ini, soalnya gue belum pernah ngelakuinnya…” ujarku polos. “Ngapain kita udah bugil gini kalau kita tidak ngapa-ngapain, mendingan tadi kita tidak usah buka pakaian segala,” ujar Santi dengan nada tinggi.

Akhirnya aku diam dan aku hanya menempelkan kemaluanku di permukaan kemaluan Santi tanpa memasukkanya. “Begini aja ya…?” ujarku dengan nada polos. Santi hanya mengangguk dan begitu terasanya kemaluanku bergesek di bibir kemaluan Santi tanpa dimasukkan ke dalam lubang vaginanya milik Santi, aku hanya memegang kedua buah pantat Santi yang montok dan secara sembunyi-sembunyiaku menyentuh bibir kemaluan Santi, lama kami hanya bergesekan dan tanpa kusadari akhirnya kemaluanku masuk di dalam kemaluan Santi dan Santi terus-terusan menggoyang pantatnya naik-turun.Aku kaget dan bercampur dengan ketakutan yang luar bisa, karena keperawanan dalam hal ML yang aku jaga selama ini akhirnya hilang gara-gara anak SMU. Padahal sebelum-sebelumnya sudah ada yang mau menawari juga dan dia masih perawan lebih cantik lagi aku tolak dan sekarang hanya dengan anak SMU perjakaku hilang.

Lama aku berpikir dan sedangkan Santi hanya naik-turun menggoyangkan pentatnya semenjak aku melamun tadi, mungkin dia tersenyum puas melihat apa yang baru dia lakukan terhadapku. Yach, kepalang tanggung sudah masuk, lagi nasi sudah jadi bubur akhirnya kugenjot juga pantatku naik-turun secara berlawanan dengan yang dilakukan Santi, dan bunyilah suara yang memecahkan keheningan, “Cplok.. cplok… cplok…” Santi mendesah kenikmatan karena kocokanku yang kuat dilubang vaginanya. Lama kami berada di posisi tersebut, yaitu aku di bawah dan dia di atas.akhirnya aku mencoba mendesak Santi agar dia mau mengganti posisi, tapi dorongan tangannya yang kuat membatalkan niatku, tapi masa sih aku kalah sama cewek, pikirku. Kudorong ia dengan sekuat tenagaku dan akhirnya kami berada di posisi duduk dan kemaluanku tetap berdiri kokoh tanpa dilepas. Santi tanpa diperintah menggerakkan sendiri pantatnya, dan memang enak yah gituan, pikirku dalam hati. Tapi sayang tidak perawan.

Akhirnya kudorong lagi Santi agar dia tiduran telentang dan aku ingin sekali melihat kemaluanku yang besar membelah selangkangan kemaluan Santi, makanya aku sambil memegang batang kemaluanku menempelkannya di lubang kemaluan Santi dan “Bless…” amblaslah semuanya. Kutekan dengan semangat “45″ tentunya karena nasi sudah hancur. Kepalang tanggung biarlah kuterima dosa ini, pikirku. Dengan ganasnya dan cepat kuhentakkan kemaluanku keras-keras di lubang kemaluan Santi dan kembali bunyi itu menerawang di ruangan tersebut karena ternyata lubang kemaluan Santi telah banjir dengan air pelumasnya disana, aku tidak tahu pasti apakah itu spermanya Santi, apakah hanya pelumasnya saja? dan Santi berkata,

“Loe.. udah keluar ya…?” ujarnya.
“Sembarangan gue belom keluar dari tadi..?” ujarku dengan nada ketus.
Karena kupikir dia mengejekku karena mentang-mentang aku baru pertama kali beginian seenaknya saja dia menyangka aku keluar duluan. Akhirnya lama aku mencumbui Santi dan aku ingin segera mencapai puncaknya.

Dengan cepat kukeluarkan kemaluanku dari lubang kemaluannya dan kukeluarkan spermaku yang ada diperutnya Santi, karena aku takut kalau aku keluarkan di dalam vaginanya aku pikir dia akan hamil,kan berabe. Aku baru sekali gituan sama orang yang yang tidak perawan malah disuruh tanggung jawab lagi. Gimana kuliahku! Santi tersenyum dengan puas atas kemenangannya menggodaku untuk berbuat tidak senonoh terhadapnya. Huu, dasar nasib, dan semenjak saat itu aku sudah mulai menghilangkan kebiasaaan burukku yaitu onani, dan aku tidak mau lagi mengulang perbuatan tersebut karena sebenarnya aku hanya mau menyerahkannya untuk istriku seorang. Aku baru berusia 21 tahun saat ini. Aku nantikan keritik dan saran dengan apa yang terjadi denganku saat inidan itu membuatku shock.

CERITA DEWASA | CERITA NIKMAT | CERITA ENAK | KUMPULAN CERITA DEWASA BERGAMBAR LASKARQQ | LASKARCASINO | BANDARQ | BANDAR POKER | BANDAR66 | POKER | DOMINO99

Daftar Sekarang di LaskarQQ!