Tuesday, March 31, 2020

Bercumbu Dengan Istri Teman Lama


LASKARQQ - Perkenalkan namaku Kendi, umurku 30tahun, aku sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak. Aku bekerja sebagai konsultan di sebuah perusahaan kontraktor ternama di kota Jogja. Tuntutan pekerjaan yang membuat aku harus sering pergi keluar kota. Suatu ketika aku dapat tugas dan harus ke Kota Surabaya, pejabat disini memintaku untuk mengecek kesiapan pembangunan rumah sakit yang ada di kota tersebut, kira –kira satu minggu aku harus berada disana. Tapi hanya dalam waktu 3 hari saja pekerjaan itu terselesaikan. Karena kupikir masih ada beberapa hari tinggal disini jadi aku iseng-iseng buka Facebook sewaktu di kamar hotel, siapa tau ada temen SMA atau SMP yang tinggal di kota ini, ya sekalian silaturahmi ataupun ketemuan.Setelah kucari ternyata ada juga yang tinggal di sini, namanya Redo, dia dulu satu kelas dengan ku sewaktu duduk di bangku SMP. Segera aku message dan dia membalas serta memberikan nomor WA, biar komunikasinya lebih lancar. Langsung aja aku chat si Redo.
“Siang Redo, ini Kendi yang tadi kita ngobrol lewat FB” sapaku lewat aplikasi WA.
“Siang juga mas Kendi, maaf ini Leni istri mas Redo…mas Redonya lagi keluar hpnya ketinggalan” balasnya.
“Oh iya mbak maaf menganggu, ini aku teman SMPnya Redo dulu”
“Iya mas, mas Redo juga pernah cerita kalo dulu punya teman akrab waktu SMP namanya mas Kendi..ngomong-ngomong gimana kabarnya mas?”
“Kabarku baik mbak, ayok kapan kita ketemuan sama keluarga Redo, mumpung aku di Surabaya…oya gimana kabarnya mbak Leni?”
“Kabarku juga baik mas, eh ngomong-ngomong lagi nih mas Kendi nginep dimana, nanti saya kasih tau mas Redo”
“Aku nginep di hotel XXX mbak, nati kalo Redo sudah pulang tolong bilangin besok siang kita makan siang bersama, tempatnya saya ngikut aja soalnya saya ga tahu daerah sini”
“Oke deh mas nanti saya sampaikan sama mas Redo, sampai ketemu”
Leni ini adalah istri dari Redo, menurut cerita teman-teman Leni itu dulunya seorang model dan wajahnya cantik. Jadi menurut mereka lagi Redo seperti ketiban rejeki karena mukanya pas-pasan berjodoh sama wanita cantik.hahahah…
Mumpung malam ini ga ada kegiatan aku iseng ke diskotik dan karaoke yg ada disebelah hotel. Mau karaoke tapi sendirian, enaknya sih ke diskotik aja, siapa tau ada yang mau nemenin malam ini. Ternyata ramai sekali, karena hari ini ada DJ dari ibukota. Aku langsung ke bar pesen martell satu, kebiasaan di Jogja, martell sebagai umpan cewek untuk mendekat. Benar juga tak berapa lama ada cewek yang mengambil tempat duduk di sampingku, tingginya 165 cm,wajahnya manis, rambutnya sebahu, umurnya sekitar 20an, dia pakai pakaian ketat dan toketnya kelihatan menyembul, rok mini yg dia pakai membuat pahanya yang mulus terlihat jelas, bikin horny aja nih. Iseng-iseng aku tawarin minum bareng, Eh dia pun mau, kami berkenalan tapi pas musiknya berisik aku ga begitu dengar namanya siapa jadi aku panggil dia mbak aja. Karena dj nya asyik kita pun terbawa suasana, ngobrol kesana kemari sampai 2 botol kita minum bareng. Sengaja aku hentikan minum karena takut jackpot dan bikin buyar. Kelihatan dia udah mabok, aku mencoba tawarin stay dulu di hotel tempatku menginap. Meskipun waktu itu baru jam 11 malam. Dia ga kuat berjalan, jadinya aku papah dia masuk ke kamar dan kubaringkan di ranjang. Toketnya yang montok dan kencang semakin bikin aku terangsang, dia pun tersenyum ketika aku melihatnya.
“Mas lihat apa?…horni ya?”
“Iya nih, habis minum jadi horni, boleh ga aku minum susunya biar ga mabok…hehehhe”
“Boleh tapi nyusu aja ya jangan yang lainnya”
Karena sudah mendapat persetujuan darinya aku langsung peluk dia, aku mulai mencium bibir merahnya yang menggoda, diapun membalasnya dengan ciuman, hisapan dan lumatan yang ganas. Lidah kami saling menggelitik dan memilin. Kuciumi belakang telinganya, sektika bulu kuduknya berdiri, tanda dia sangat horni. Secara pelan aku pelorotin pakaiannya, ternyata dia tak memakai Bra, toket yang momtok itu kini menggelantung bebas keluar. Dengan segera putingnya yang berwarna coklat muda aku jilatin dan kuhisap pelan-pelan. Putingnya yang tadinya ga keliatan kini jadi menyembul dan mengeras, kuhisap terus putingnya secara bergantian sambil tangan kananku mencoba menurunkan CDnya. Setelah CDnya aku buang, jari tengahku aku masukkan di sela-sela pahanya, kuraba memeknya yang ternyata sudah basah.
Perlahan lahan kugesek klitorisnya, dia pun mendesah kenikmatan dan semakin lama semakin menggelinjang.
Sepertinya tak mau kalah diapun meraih celanaku, memintaku untuk berganti posisi aku berada di bawahnya. Segera dia membuka resleting celanaku, dan mengeluarkan kontolku dari dalamnya. Diremanya secara lembut kontolku sambil kadang sesekali dia mengocoknya dengan agak kasar dan membuatku melenguh, menikmati setiap kocokannya. Dijilati dan dihisapnya kontolku membuatku semakin melayang, hisapannya dan sedotan di kepala kontolku membuatku keenakan, sambil terus dikocok dengan cepat membuat tubuhku serasa di awan, sensasi yang dihadirkan berbeda dengan istriku di rumah memang jauh lebih nikmat.
Merasa akan segera keluar, aku segera tarik rambutnya dan menindihnya memposisikan dia di bawah lagi, kini wajahku tepat berada di depan lubang memeknya.
Kubuka pahanya dan mulai menjilati memeknya, kusedot sedot memeknya yang sudah sangat basah, sambil aku pilin-pilin putingnya, dia mendesah dan semakin bergelinjang tak karuan,
“AAHH…AHHH, ENAK MASSS… ADUHHH AMPUUUN ENAAAK SEEEKALIIII MASSS…. AAAH UUUUH”
Tak lama kemudian tubuhnya tiba-tiba mengejang
“OOOHHH MAS…AKU KELUAAAAR…”
aku pun lalu menghisap memeknya lebih kuat, sehingga dia menggelinjang lebih dahsyat. Cairan yang keluar dari memeknya itu aku sedot rasanya nikmat, gurih. Tanpa berlama-lama aku langsung masukkan kontolku ke lubang memeknya, dia sedikit protes karena ga ada jeda,
“BLESSSS…” kontolku masuk ke dalam lubang memeknya.
“AAAAHH… ENAAAK BANGEEET MASSS…OOOHH YEESSS…” desahnya.
Kugoyangkan pantatku sehingga kontolku semakin masuk ke dalam memeknya yang sudah basah dibanjiri oleh cairan kenikmatan.
“UUH… AAAhh… AAAH… KONTOOOOLMU ENNAAAAK BANGEEEEt MASSSS… AAAH” rancunya sambil matanya merem wajahnya mendongak keatas, tanda dia menikmati persetubuhan ini. Aku semakin bergairah, aku genjot memeknya lebih kencang lagi, toketnya ikut bergoyang tak karuan sesuai irama genjotanku, sementara mulutnya terus mendesah kenikmatan.
“OOOHHH MAASS AKU MAU KELUAR LAGI NIIHH AAHHH….”
“TAHAN SEBENTAR YAA KITA KELUAR BERSAMAAAN…MEMEKMU ENAK BANGEEETTT…AAHHHH…”
“KELUAARIIN DII DALAM YAAAA MASS, JANGAAN DI PUUUTUUUSSS AAAAH…”
Aku semakin terpacu untuk menggenjotnya lebih cepat,
“AAAHHH, AKUUUU KELUAAAAR MAAAAS” jeritnya dengan tubuh mengejang hebat.
Kontolku semakin ditarik ke dalam rasanya berkedut kedut dan itu membuatku semakin blingsatan jadinya, akhirnya ga bisa ditahan lagi,
“AAAH KITAAA BAREEENG YAAA, CROOOTTT…CROOOTTT… CROOTTT” bersamaan spermaku muncrat di lubang memeknya.
kemudian kubaringkan tubuhku disampingnya, sekali kali kita berciuman, sangat puas sekali malam ini. Kita istirahat sejenak melepas lelah sambil berpelukan.
Sekitar jam 1 malam hpnya berbunyi, dia segera mengambil hp itu di tasnya. Samar-samar ketika menjawab terlihat ada tulisan HUSBAND…. wtf, ternyata dia dah punya suami…
“Maaf mas, aku harus pulang ya ga bisa nemenin. Suamiku ternyata dalam perjalanan pulang ke rumah, aku kira dia ga pulang malam ini”
“Iya gapapa kog say, aku panggilkan taksi ya”
“Iya mas makasih, kapan kapan kita lanjut lagi ya…kontolmu enak banget…ini nomerku 081392111xxx” katanya sambil menuliskan no hpnya di kertas memo hotel.
Dia lalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setangah jam kemudian dia pergi denagn taksi yang sudah aku pesan lewat resepsionis tanpa aku anterin ke lobby, akupun melanjutkan tidur karena kecapekan dan efek alkohol yang masih tersisa tanpa baju yang menempel.
Aku tak tau tidur sampai berapa jam, sampai aku terbangun, gara-gara merasa geli karena kontolku seperti ada yang memijat –pijat. Begitu aku buka mata, ternyata kontolku sedang di kulum oleh cewek yang memakai seragam cleaning service hotel ini, dia masih muda dan berparas cantik. Aku pura-pura ga tau, takut dia kaget, tapi memang ga bisa dibohongi, sangat nikmat, sehingga aku meleguh, cewek itu pun kaget dan wajahnya pucat begitu melihatku bangun, tapi segera aku pegang kepalanya supaya ga melepas kulumannya.
“AAAHHH ENAK MBAAA TERUUUSSS MBAAA…” desahku. Dengan sigap April, liat namanya di seragam, mengocok kontolku lebih cepat. Kocokannya itu membuatku semakin terangsang, tapi aku ga mau cuman di kocok doang. Kubimbing April tidur di ranjang, aku lucutin semua seragamnya, mungkin karena April sange, maka dia diam aja ketika aku melucuti seragamnya. Kuciumi dan kulumat bibirnya, dan April pun membalas ciumanku dengan ganasnya. Perlahan aku buka Bhnya, aku remas-remas toketnya. Putingnya yang sedari tadi sudah mengeras aku pilin pilin sehingga dia tambah mendesah keenakan. Kuciumin lehernya semakin ke bawah kearah toketnya.
Ukuran toket April tak kalah montok dengan milik cewek yang tadi malam aku entotin membuat aku jadi tambah bergairah. Kujilati dan sesekali kuhisap putingnya, April pun mendesah nikmat.
Tanganku pun bergelirya di selangkangannya, memeknya tembem bersih, tanpa rambut. Aku raba dan lugesek lembut dengan tanganku, terasa memek April sudah sangat basah, ketika aku hendak menjilati memeknya dia menarik kepalaku sambil berkata,
“PAAAK JANGAAN… JIJIIIK”
Aku ga peduli dengan apa yang dia ucapkan, pahanya kubuka lebar dan aku jilatin memeknya, dia semakin menggelinjang. Aku pun menjilati klitorisnya yang membuat April makin mendesah, karena sudah basah sekali akupun lalu mengarahkan kontolku ke memeknya. Terasa masih sangat sempit, aku sedikit memaksa kontolku supaya bisa masuk. sambil pelan-pelan aku goyang, “BLEEESS….”
Kini gilranku yang mendesah nikmat serasa kontolku di pijat-pijat enak, masih rapet sekali memek April ini aku genjot agak cepat karena keenakan. April semakin blingsatan, akhirnya tubuhnya mengejang, bergetar dan tiba-tiba dia teriak,
“AAAHHH… AKUUUU KELUAAAR PAAAA…EEENNAAAAK SEKALI PAAAAKKK”
Memeknya tambah licin, karena cairan kewanitaannya, akupun mempercepat sodokan kontolku, hingga akhirnya aku orgasme “CROOOTtt…CROOOTTT..CROOOTTT…” enak sekali rasanya, meskipun sudah keluar, kontolku masih aku tancepin di memeknya, pelan pelan aku cabut kontolku dan kurebahkan tubuhku di sampingnya, aku liatin wajahnya yang nampak kecapekan, tapi ada kepuasan di matanya.
“Maaf pak, kamar bapak tadi saya ketok ga ada jawaban, saya memberanikan diri untuk masuk dan liat bapak telanjang, kebetulan saya lagi kepengin, saya janda pak suami saya sudah lama meninggal…saya terangsang liat bapak bugil..sekali lagi maaf pak kalo saya lancang” katanya lirih
“Iya gapapa Pril, aku senang kog, oya panggil saja aku Kendi, kalo kamu kepingin lagi langsung kesini aja, aku disini masih beberapa hari kok, rumah April dimana, jauh dari sini ga?” kataku.
“Lumayan mas…deket pasar rumahku kapan-kapan mampir ya mas”
“Iya nanti aku main ke tempatmu, boleh nginep ga di rumahmu”
“Boleh aja kok mas, tapi syaratnya harus puasin saya lagi ya hehhe..” katanya sambil tersenyum.
Aku pun tersenyum dan kemudian mencium bibirnya dengan lembut, maksud hati iingin mengajaknya ke ronde ke dua, tapi dia menolak, karena takut di cari supervisornya.
Akhirnya kita mandi bareng mesra aja berdua. Sebelum April pergi aku kasih dia uang Rp 500.000,- awalnya dia menolak tapi aku paksa supaya dia menerima, dan diapun menciumku dengan horni lagi, tapi karena HT-nya sudah berisik mencari namanya, akhirnya April keluar meninggalkan kamarku.
Setelah April pergi, kunyalakan HPku, banyak sekali WA yang masuk, dari Istri, Ortu, Kantor, dan Redo. Seperti yang di janjikan kemarin, Redo menanyakan apakah hari ini jadi ketemuan.
“Hy bro kita ketemuan dimana nih” tanyaku
“Di rumah makan padang aja yang dekat dengan hotel tempatmu menginap, setengah jam lagi bisa soalnya entar sore aku harus ke Jakarta” jawab Redo.
“Siap bro”
Aku segera mempersiapkan diri untuk ketemu Redo dan keluarganya, kuambil mobil CRV ku di parkiran menuju ke lokasi yang telah ditentukan. Tak berselang lama, aku berada di lokasi yang dimaksud, karena sudah lama ga ketemu, aku lupa sekarang wajah Redo seperti apa, aku telepon dia, di sebelah ujung restoran ada seorang pria kurus memakai baju putih melambaikan tangannya. Aku pun menuju ke meja tersebut.
“Hy bro kamu sendirian?” sapaku
“Ga bro aku sama istriku dia lagi ke toilet” jawab Redo.
Akupun duduk dan memesan makanan di restoran itu.
“Awet muda ya kamu, oya katanya istrimu seorang model ya..maaf aku ga dateng ke nikahanmu”
“Hehehe…iya bro. Aku nikah umur 25 tahun dan istriku saat itu baru 18 tahun…ketiban rejeki bro…hahahaha…”
Kami pun ngobrol kesana kemari mengingat kejailan-kejailan kita semasa SMP dulu. Tak berselang beberapa lama ada seorang wanita datang dari belakangku dan langsung duduk disebelah Redo. Wanita itu menunduk begitu kita saling bertatap muka.
Wajahnya dia sembunyikan tak berani memandang ke arahku. Redo memperkenalkan wanita itu bernama Leni, istrinya. Deg… Aku terkejut sampai batuk, jantungku terasa mau copot. Leni ternyata wanita yang di ranjangku semalam. Kita bersalaman agak lama, berlagak tidak kenal, untung situasinya bisa terkendalikan layaknya tak terjadi apa-apa antara kita. Makan siangpun berjalan lancar, dan akhirnya aku balik lagi ke hotel. Di Hotel HP berbunyi, ada WA dari nomer tak dikenal.
“mas Redo sore ini ke Jakarta lagi, nanti aku ke hotel kamu ya”
Mebaca pesan itu aku jadi tersenyum sendiri. “LOVE THIS CITY”

Kisah Nyata Perselingkuhan PNS


LASKARQQSebuah kisah seks dewasa yang dituturkan oleh seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) tentang petualangan atau pengalaman seksnya yang luar bisa dengan seorang penari di Bali. Menarik untuk kita baca sebagai sebuah pengalaman yang menggairahkan untuk dijadikan bahan rujukan maupun fantasi seksual. Berikut adalah selengkapnya cerita dewasa seks PNS.
Liburan Wisata Romantis Bali Perkenalkan Namaku Ramli seorang PNS, untuk kerahasiaan aku tidak akan menuliskan tahun terjadinya peristiwa ini dan nama asli. Namun cerita ini adalah benar adanya. Bulan November aku mengikuti prajabatan PNS, yah tak ada yang kukenal di prajabatan ini, karena itu aku berusaha untuk mencari teman sebanyak-banyaknya. Pagi itu adalah jam pertama, aku duduk di bangku kelas bagian tengah, kulirik kiri dan kanan. tak ada yang kukenal, namun ada satu yang menarik perhatianku, seorang gadis cantik duduk tak jauh dariku, dia nampak ramah dan selalu tersenyum, kulitnya sawo matang, namun bagiku dia terlihat yang paling cantik di kelas. Dia lalu memperkenalkan diri.
“Nama saya Sari, aku guru tari Bali, nama kamu siapa? kok ngeliatin terus sih?”
Aku jadi salah tingkah, lalu aku menjawab,
“Maaf ya mbok Sari, nama saya Ramli, abis ga ada yang dikenal sih…”
“Sekarang kan udah kenal,emang umur kamu berapa? kok manggil mbok”
“25 mbok, emang kenapa?”
“oh, emang bener kamu manggil aku mbok, umur aku 28.”
“Oh…”
Meskipun dia bilang umurnya 28 tapi dia tidak terlihat setua itu, perawakannya lebih pendek dari aku dan badannya sintal. Sejak perkenalan itu kami sering ngobrol berdua pada waktu prajabatan selama 2 minggu itu, smsan dan telpon-telponan, dia juga sering ditengok sama cowok yang sama temen-temen aku dipanggil raksasa, Dedy bilang sih itu tunangannya, aku kesel juga tapi apa daya aku cuma bisa senyum, tapi memang pada waktu itu aku belum merasakan apa-apa.
Pada waktu sehari sebelum penutupan dia bilang begini,
“Ramli, nanti abis penutupan kita jalan-jalan yuk!?”
“ayuk”, kataku dengan senang hati, “emang mau kemana mbok?”
“yah, ke bioskop atau kemana gitu.”
“oke..”
saat itu tiba, aku dah siap-siap untuk penutupan dan tak lupa aku membawa pakaian ganti, begitu selesai penutupan kami pergi ke bioskop, kami nonton dan sengaja memilih bangku paling pinggir, entah kenapa aku mulai berpikiran kotor, lalu aku memeluk dia, dia tidak menolak. Lalu aku beranikan diri untuk mencium dia, dia malah menyambut ciumanku dengan hangat. Kami berciuman lama sekali, aku melumat bibirnya dengan penuh nafsu, setelah beberapa menit dia berkata,
“ternyata perasaan gak bisa bohong ya.”
“iya…”
Aku tak ragu lagi untuk memeluk dan menciumnya bahkan aku berani memegang payudaranya dari dalam bajunya sementara dia juga memegang dadaku, akhirnya kami selesai nonton film lalu aku berkata,
“Sari..putusin cowok kamu ya, trus nikah ma aku.”
“Ga bisa mas, aku ma dia dah lebih dari pacaran kami dah biasa begituan, tinggal dibantenin aja kami dah jadi suami istri…”
Aku kecewa dan marah tapi ga bisa apa-apa, akhirnya aku bilang,
“Terserah.”
Aku tidak pernah ngehubungi dia selama beberapa hari, akhirnya aku berpikir normal aku tidak mungkin masuk ke dalam kehidupannya, yah… aku akhirnya menghubungi dia lagi dan kami ngobrol seperti biasa tanpa ada masalah lagi dan pada suatu saat dia mengajak aku makan di ayam wong Solo.
Aku sebagai orang yang lebih miskin dari dia jelas tidak menolak. Kami pergi kesana terus kami memesan meja di tempat bebas rokok yang sepi dan tertutup.
Setelah selesai makan, aku dan dia yang duduk bersebelahan menumpahkan rasa kangen. Kami saling mencium, saling melumat dan saling memegang. Aku berkata padanya,
“Sari, aku pingin buat cupang di leher kamu.”
“Coba aja!”
Aku mencoba menghisap lehernya untuk membuat cupang tetapi gagal, dia lalu tertawa sambil berkata,
“He… he… he… bukan gitu caranya, nih aku contohin”, dia mulai beraksi. Entah bagaimana caranya dia mengisap, yang jelas rasanya aku melayang-layang, aku cuma mendesah,
“Ah… ah…”
“Tuh kan, dah merah”, kata dia sambil menunjuk leher aku.
“Dasar… Sari, kita pulang yuk.”
“ayuk.”
Sari lalu membayar makanan sementara aku langsung menuju mobilnya. Sesampai di rumah, pikiranku kacau karena cupang itu, aku langsung nge-sms dia,
“Sari… aku kepingin cupangnya bukan di leher, aku pingin di dada, aku juga pingin buat cupang di dada kamu.”
Aku kira dia marah, tapi dia malah ngebalas,
“Ramli, aku sayang ma kamu, kalau kamu buat cupang di dadaku boleh kok, selain itu sebagai tanda sayang aku, aku pingin 3d.”
“Apaan tuh 3d?”, balasku.
“Diputer, Dijilat trus Dicelupin.”
“Hah!! Beneran? Atau becanda nih?”
“beneran, masak aku main-main.”
“Kapan kamu mau? Tapi aku belum pernah lho sayang, apa mesti pake pengaman?”
“Aku pinginnya ga pake, tapi kalau kamu ragu lebih baik pake aja, waktunya nanti aja kalau ada kesempatan, gimana?”
“Oke deh, met istirahat ya sayang…”
“Istirahat apaan aku kan harus nari di Hotel sayang, nanti kalau aku ga balas berarti aku masih sibuk atau ada si dia sama aku.”
“Ya deh, met kerja ya sayang.”
Yah, ini adalah jadwal harian dia, dia adalah seorang penari Bali dan kadang dia nari di hotel kadang malah sampai ke luar negeri.
Lama aku menunggu waktu itu, akhirnya aku mendapat kesempatan pelatihan 4 hari. Tetapi karena kecerdikan panitia pelatihan itu hanya 3 hari. Berarti aku hanya punya waktu 1 hari. Aku langsung nge-sms dia,
“Dina… besok ga ngajarkan? Kita laksanakan rencana kita yuk?”
“ayuk, nanti aku jemput dimana?”
“Jemput aku ditempat pelatihan di Jalan Hayam wuruk.”
“Oke!”
Besoknya aku sudah menunggu dia di tempat pelatihan. Beberapa menit kemudian dia tiba. Aku langsung naik ke mobilnya dan ganti baju di dalamnya. Aku yang udah nafsu lalu bilang,
“Kita mau kemana? ayuk”, Dina memakai baju yang agak ngepres di badannya, sementara di bagian bawah dia hanya mengenakan kain pantai, ketika aku lirik ternyata dia tidak mengunnakan apa-apa selain kain pantai dan tentu saja cd.
“Jangan gitu, kita makan dulu yuk…”
Kami lalu makan, selanjutnya kami menuju bungalow di Kuta, namun sebelumnya kami sudah membeli makan siang terlebih dahulu.
Sesampainya di kamar bungalow, dia lalu menutup pintu, aku yang udah nafsu langsung menyerbunya. Dia lalu berkata,
“Ga jadi ah…”
“Trus kita ngapain kesini?”
“ngobrol sambil tiduran.”
“Enak aja”, aku langsung menyerbu dia berusaha melepas bajunya dan kain pantainya, lalu dia bilang,
“Sabar dong sayang.” Dina lalu mematikan lampu, lalu menutup korden yang tadi belum tertutup, aku memang udah nafsu liat kemolekan dia jadi ga memperhatikan itu. Akhirnya aku menyerbu dia, kali ini aku tidak menemukan perlawanan berarti, dia udah siap. Aku mencium dia dengan nafsu, lalu melepas bajunya dan kain pantainya, tubuhnya kini hanya ditutupi BH dan CD. Dia lalu bilang,
“Ramli… Aku pernah dioperasi di payudara dulu ada tonjolannya.”
BHnya aku lepas lalu aku menciumi payudaranya dengan lembut,
“ehm… ehm…”
“Ramli… ka… mu… be….bbener lembut… ah ah ahh..”
Desahannya membuat aku bernafsu, lalu aku melepas bajuku dan celana ku sehingga aku telanjang di depan dia, CD diapun kulepas, dia lalu berkata,
“Ramli… pake kondom dulu ya sayang…”
Dia lalu memakaikan aku kondom, aku yang masih awam langsung saja memasukkan punyaku ke dalam vaginanya. Beberapa menit kemudian aku udah keluar, yah karena aku belum pengalaman, dia melepas kondomku dan berkata.
“Ga apa-apa kan baru pertama.”
Belum berapa menit nafsuku naik lagi. Aku langsung menyentuh payudaranya, kali ini dia lebih pintar dia lalu berkata,
“Ramli… sekarang kamu di bawah ya, aku yang di atas.”
aku rebah di bawah, dia pelan-pelan memasukkan penisku ke vaginanya,
“uh… enak sekali…”, aku mendesah.
Diapun mendesah,
“Ah… ah… nikmat sekali….ah… ah…”
Goyangannya betul-betul luar biasa, aku sampai merem melek, bodynya yang sintal bergoyang di atasku, aku memegang payudaranya sambil sesekali menciumnya,
“ah… nikmat sekali rasanya”, ditengah-tengah kenikmatan itu tiba-tiba dia mengejang dan melepaskan vaginanya sambil terengah-engah.
“Aku belum keluar kok dah selesai Dina?”
“Cape… dan kayanya dah keluar Ramli.”
Aku langsung menindihnya dan memasukkan penisku ke vaginanya dan mengocoknya dengan cepat karena tanggung pikirku, akhirnya,
“ah…”
Spermaku tumpah, aku langsung menarik penis ku keluar dan langsung mengeluarkan spermaku di perutnya. Dina lalu berkata,
“Sekarang gantian, aku yang belum keluar nih.”
“Yah…”
Aku lalu memasukkan jariku ke vaginanya dan mengocoknya.
“ah..ah…ah…ah…”, Dina mendesah keras.
“gimana Din, enak kan?”
“enak banget… ah…ah… ah…”
Tiba-tiba dia memeluk aku erat sekali sambil mencium dada aku hingga cupang.
Kamipun tertidur, dan sorenya pulang.
Kami masih kontak beberapa minggu, hingga ada satu kejadian jelek yang aku dan dia alami. Kami nonton di bioskop berdua dan disudut seperti biasa, selanjutnya kami berciuman, lalu tanganku bergerilya ke selangkangannya, tangan dia pun juga sama. Aku memasukkan tanganku ke vaginanya dan tangannya juga mulai mengocok penisku
“Ah… ah… ah…” Desahan kami berdua berirama.
Akhirnya tanganku terasa basah dan dia mengejang… Aku sama sekali belum keluar tapi film keburu selesai. Di perjalanan pulang akhirnya kami ribut, karena dia ingin pisah dariku dan kembali ke tunangannya. Aku berusaha membela diri tapi dia sudah berketetapan.
Akhirnya kami berpisah dan aku tidak pernah bertemu dengan dia sampai akhirnya dia menikah dengan tunangannya yang juga penari.

Monday, March 30, 2020

Kisah Cinta Malam Pertama


LASKARQQPara netters sekalian, aku ingin sekali menceritakan Cerita Dewasa pengalaman hidup masa laluku kepada anda semua, mungkin ada di antara anda yang dapat mengobati perasaanku ini. Tetapi tolong jangan terobsesi dengan ceritaku ini.
ini berawal ketika di usiaku yang masih terbilang muda, 19 tahun, papaku waktu itu menjodohkan aku dengan seorang pemuda yang usianya 10 tahun lebih tua dari aku dan katanya masih ada hubungan saudara dengan keluarga mamaku.
Memang usiaku saat itu sudah cukup untuk berumah tangga dan wajahku juga tergolong lumayan, walaupun badanku terlihat agak gemuk mungkin orang menyebutku bahenol, namun kulitku putih, tidak seperti kebanyakan teman-temanku karena memang aku dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang berdarah Cina-Sunda, papaku Cina dan mamaku Sunda asli dari Bandung.
Sehingga kadang banyak pemuda-pemuda iseng yang mencoba merayuku. Bahkan banyak di antara mereka yang bilang bahwa payudaraku besar dan padat berisi sehingga banyak laki-laki yang selalu memperhatikan buah dadaku ini saja. Apalagi bila aku memakai kaos yang agak ketat, pasti dadaku akan membumbung tinggi dan mancung. Tetapi sampai aku duduk di kelas 3 SMA aku masih belum memiliki pacar dan masih belum mengenal yang namanya cinta.
Sebenarnya dalam hatiku aku menolak untuk dijodohkan secepat ini, karena sesungguhnya aku sendiri masih ingin melanjutkan sekolah sampai ke perguruan tinggi. Namun apa daya aku sendiri tak dapat menentang keinginan papa dan lagi memang kondisi ekonomi keluarga saat itu tidak memungkinkan untuk terus melanjutkan sekolah sampai ke perguruan tinggi.
Karena ke-3 orang adikku yang semua laki-laki masih memerlukan biaya yang cukup besar untuk dapat terus bersekolah. Sementara papa hanya bekerja sebagai pegawai swasta biasa. Maka dengan berbagai bujukkan dari keluarga terutama mamaku aku mengalah demi membahagiakan kedua orangtuaku.
Begitulah sampai hari pernikahan tiba, tidak ada hal-hal serius yang menghalangi jalannya pernikahanku ini dengan pemuda yang baru aku kenal kurang dari dua bulan sebelumnya. Selama proses perkenalan kamipun tidak ada sesuatu hal yang serius yang kami bicarakan tentang masa depan karena semua sudah diatur sebelumnya oleh keluarga kedua belah pihak.
Maka masa-masa perkenalan kami yang sangat singkat itu hanya diisi dengan kunjungan-kunjungan rutin calon suamiku setiap malam minggu. Itupun paling hanya satu atau dua jam saja dan biasanya aku ditemani papa atau mama mengobrol mengenai keadaan keluarganya. Setelah acara resepsi pernikahan selesai seperti biasanya kedua pengantin yang berbahagia memasuki kamar pengantin untuk melaksanakan kewajibannya.
Yang disebut malam pengantin atau malam pertama tidak terjadi pada malam itu, karena setelah berada dalam kamar aku hanya diam dan tegang tidak tahu apa yang harus kulalukan. Maklum mungkin karena masih terlalu lugunya aku pada waktu itu.
Suamiku pada waktu itupun rupanya belum terlalu “mahir” dengan apa yang disebut hubungan suami istri, sehingga malam pertama kami lewatkan hanya dengan diraba-raba oleh suami. Itupun kadang-kadang aku tolak karena pada waktu itu aku sendiri sebenarnya merasa risih diraba-raba oleh lelaki. Apalagi oleh lelaki yang “belum” aku cintai, karena memang aku tidak mencintai suamiku. Pernikahan kami semata-mata atas perjodohan orang tua saja dan bukan atas kehendakku sendiri.
Barulah pada malam kedua suamiku mulai melancarkan serangannya, ia mulai melepas bajuku satu per satu dan mencumbu dengan menciumi kening hingga jari kaki. Mendapat serangan seperti itu tentu saja sebagai seorang wanita yang sudah memasuki masa pubertas akupun mulai bergairah walaupun tidak secara langsung aku tunjukkan ke depan suamiku. Apalagi saat ia mulai menyentuh bagian-bagian yang paling aku jaga sebelumnya, kepalaku bagaikan tak terkendali bergerak ke kanan ke kiri menahan nikmat sejuta rasa yang belum pernah kurasakan sebelumnya.
Kemaluanku mulai mengeluarkan cairan dan sampai membasahi rambut yang menutupi vaginaku. Suamiku semakin bersemangat menciumi puting susu yang berwarna merah muda kecoklatan dan tampak bulat mengeras mungkin karena pada saat itu aku pun sudah mulai terangsang.
Aku sudah tidak ingat lagi berapa kali ia menjilati klitorisku pada malam itu, sampai aku tak kuasa menahan nikmatnya permainan lidah suamiku menjilati klitoris dan aku pun orgasme dengan menyemburkan cairan hangat dari dalam vaginaku ke mulutnya.
Dengan perasaan tidak sabar, kubuka dan kuangkat lebar kakiku sehingga akan terlihat jelas oleh suamiku lubang vagina yang kemerahan dan basah ini. Atas permintaan suami kupegang batang kemaluannya yang besar dan keras luar biasa menurutku pada waktu itu.
Perlahan-lahan kutuntun kepala kemaluannya menyentuh lubang vaginaku yang sudah basah dan licin ini. Rasa nikmat yang luar biasa kurasakan saat kepala penis suamiku menggosok-gosok bibir vaginaku ini. Dengan sedikit mendorong pantatnya suamiku berhasil menembus keperawananku, diikuti rintihanku yang tertahan.
Untuk pertama kalinya vaginaku ini dimasuki oleh penis laki-laki dan anehnya tidak terasa sakit seperti yang seringkali aku dengar dari teman-temanku yang baru menikah dan menceritakan pengalaman malam pertama mereka.
Memang ada sedikit rasa sakit yang menyayat pada saat kepala penis itu mulai menyusup perlahan masuk ke dalam vaginaku ini, tetapi mungkin karena pada waktu itu aku pun sangat bergairah sekali sehingga aku sudah tidak perduli lagi dengan rasa sakitnya. Apalagi saat suamiku mulai menggosok-gosokkan batang penisnya itu di dalam vaginaku, mataku terpejam dan kepalaku hanya menengadah ke atas, menahan rasa geli dan nikmat yang tidak dapat aku ceritakan di sini.
Sementara kedua tanganku memegang tepian ranjang yang berada di atas kepalaku. Semakin lama goyangan pinggul suamiku semakin cepat diikuti dengan desahan nafasnya yang memburu membuat nafsuku makin menggebu. Sesekali terdengar suara decak air atau becek dari lubang vaginaku yang sedang digesek-gesek dengan batang penis suamiku yang besar, yang membuatku semakin cepat mencapai orgasme yang kedua.
Sementara suami masih terus berpacu untuk mencapai puncak kenikmatannya, aku sudah dua kali orgasme dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sampai akhirnya suamiku pun menahan desahannya sambil menyemburkan cairan yang hangat dan kental dari kepala penisnya di dalam lubang vaginaku ini.
Belakangan baru aku ketahui cairan itu yang disebut dengan sperma, maklum dulu aku tergolong gadis yang kurang gaul jadi untuk hal-hal atau istilah-istilah seperti itu aku tidak pernah tahu. Cairan sperma suamiku pun mengalir keluar dari mulut vaginaku membasahi sprei dan bercampur dengan darah keperawananku. Kami berdua terkulai lemas, namun masih sempat tanganku meraba-raba bibir vagina untuk memuaskan hasrat dan gairahku yang masih tersisa. Dengan menggosok-gosok klitoris yang masih basah, licin dan lembut oleh sperma suamiku, aku pun mencapai orgasme untuk yang ketiga kalinya.
Luar biasa memang sensasi yang aku rasakan pada saat malam pengantin itu, dan hal seperti yang aku ceritakan di atas terus berlanjut hampir setiap malam selama beberapa bulan. Dan setiap kali kami melakukannya aku selalu merasa tidak pernah puas dengan suami yang hanya mampu melakukannya sekali.
Aku membutuhkannya lebih dari sekali dan selalu menginginkannya setiap hari. Entah apa yang sebenarnya terjadi dalam diriku sehingga aku tidak pernah bisa membendung gejolak nafsuku. Padahal sebelum aku menikah tidak pernah kurasakan hal ini apalagi sampai menginginkannya terus menerus. Mungkinkah aku termasuk dalam golongan yang namanya hypersex itu?
Setelah 2 tahun kami menikah aku bercerai dengan suamiku, karena semakin hari suamiku semakin jarang ada di rumah, karena memang sehari-harinya ia bekerja sebagai manajer marketing di sebuah perusahaan swasta sehingga sering sekali ia keluar kota dengan alasan urusan kantor. Dan tidak lama terdengar berita bahwa ia memiliki istri simpanan. Yang lebih menyakitkan sehingga aku minta diceraikan adalah istri simpanannya itu adalah bekas pacarnya yang dulu, ternyata selama ini dia pun menikah denganku karena dipaksa oleh orang tuanya dan bukan karena rasa cinta.
Tak rela berbagi suami dengan wanita lain, akhirnya aku resmi diceraikan suamiku. Sakit memang hati ini seperti diiris-iris mendengar pengakuan suami tentang istri simpanannya itu, dengan terus terang dia mengatakan bahwa dia lebih mencintai istri simpanannya yang sebetulnya memang bekas pacarnya. Apalagi katanya istri simpanan suamiku itu selalu dapat membuat dirinya bahagia di atas ranjang, tidak seperti diriku ini yang selalu hanya minta dipuaskan tetapi tidak bisa memuaskan keinginan suamiku, begitu katanya.
Lima tahun sudah aku hidup menjanda, dan kini aku tinggal sendiri dengan mengontrak sebuah rumah di pinggiran kota Jakarta. Beruntung aku mendapat pekerjaan yang agak lumayan di sebuah perusahaan swasta sehingga aku dapat menghidupi diriku sendiri. Belakangan ini setiap malam aku tidak dapat tidur dengan nyenyak, sering aku baru bisa tertidur pulas di atas jam 03.00 pagi. Mungkin dikarenakan pikiranku yang sering ngelantur belakangan ini. Sering aku melamun dan membayangkan saat-saat indah bersama suamiku dulu.
Terkadang sering pula aku membayangkan diriku bermesraan dengan seorang teman kerjaku, sehingga setiap malam hanya onani saja yang dapat kulakukan. Tidak ada keberanian untuk menceritakan hal ini kepada orang lain apalagi pada teman-teman kerjaku, bisa-bisa aku diberi julukkan yang tidak baik di kantor. Hanya dengan tanganku ini kuelus-elus bibir vaginaku setiap malam sambil membayangkan bercumbu dengan seorang laki-laki, terkadang juga kumasukkan jari telunjukku agar aku dapat lebih merasakan kenikmatan yang pernah kualami dulu.
Para netters sekalian, aku memberanikan diri menceritakan Cerita Dewasa seperti di atas kepada Anda semua mungkin karena didorong oleh perasaan yang sangat tak tertahankan lagi saat ini. Dan mungkin ada di antara anda yang dapat membantu dan mungkin akan menjadi jodohku kelak. Aku harap Anda tidak hanya terobsesi dengan ceritaku di atas.

Sangek Berat Aku Ngentot 2 Pria


LASKARQQAku adalah gadis berusia 19 tahun. kawan-kawan mengatakan aku cantik, tinggi 170, kulit putih dengan rambut lurus sebahu. Aku termasuk populer diantara kawan-kawan, pokoknya ’gaul abis’.
Namun demikian aku masih mampu menjaga kesucianku sampai.. Suatu saat aku dan enam orang kawan Ani (19), Susan (20), Kevin (22), Dimas (22), John (23) dan Erick (20). menghabiskan liburan dengan menginap di villa keluarga Erick di Puncak.
Ani walaupun tidak terlalu tinggi (160) memiliki tubuh padat dengan kulit putih, sangat sexy apalagi dengan ukuran payudara 36b-nya, Ani telah berpacaran cukup lama dengan Kevin. Diantara kami bertiga Susan yang paling cantik, tubuhnya sangat proporsi tidak heran kalau sang pacar, Dimas, sangat tergila-gila dengannya.
Sementara aku, Erick dan John masih ’jomblo’. Erick yang berdarah India sebenarnya suka sama aku, dia lumayan ganteng hanya saja bulu-bulu dadanya yang lebat terkadang membuat aku ngeri, karenanya aku hanya menganggap dia tidak lebih dari sekedar teman.
Acara ke Puncak kami mulai dengan ’hang-out’ disalah satu kafe terkenal di kota kami. Larut malam baru tiba di Puncak dan langsung menyerbu kamar tidur, kami semua tidur dikamar lantai atas. Udara dingin membuatku terbangun dan menyadari hanya Ani yang ada sementara Susan entah kemana.
Rasa haus membuatku beranjak menuju dapur untuk mengambil minum. Sewaktu melewati kamar belakang dilantai bawah, telingaku menangkap suara orang yang sedang bercakap-cakap.
Kuintip dari celah pintu yang tidak tertutup rapat, ternyata Dimas dan Susan. Niat menegur mereka aku urungkan, karena kulihat mereka sedang berciuman, awalnya kecupan-kecupan lembut yang kemudian berubah menjadi lumatan-lumatan. Keingintahuan akan kelanjutan adegan itu menahan langkahku menuju dapur.
Adegan ciuman itu bertambah ’panas’ mereka saling memagut dan berguling-gulingan, lidah Dimas menjalar bagai bagai ular ketelinga dan leher sementara tangannya menyusup kedalam t-shirt meremas-remas payudara yang menyebabkan Susan mendesah-desah, suaranya desahannya terdengar sangat sensual.
Disibakkannya t-shirt Susan dan lidahnya menjalar dan meliuk-liuk di putingnya, menghisap dan meremas-remas payudara Susan. Setelah itu tangannya mulai merayap kebawah, mengelus-elus bagian sensitif yang tertutup cd. Dimas berusaha membuka penutup terakhir itu, tapi sepertinya Susan keberatan.
Lamat-lamat kudengan pembicaraan mereka.
“Jangan Mas” tolak Susan.
“Kenapa sayang” tanya Dimas.
“Aku belum pernah.. gituan”
“Makanya dicoba sayang” bujuk Dimas.
“Takut Mas” Susan beralasan.
“Ngga apa-apa kok” lanjut Dimas membujuk
“Tapi Mas”
“Gini deh”, potong Dimas, “Aku cium aja, kalau kamu ngga suka kita berhenti”
“Janji ya Mas” sahut Susan ingin meyakinkan.
“Janji” Dimas meyakinkan Susan.
Dimas tidak membuang-buang waktu, ia membuka t-shirt dan celana pendeknya dan kembali menikmati bukit kenikmatan Susan yang indah itu, perlahan mulutnya merayap makin kebawah.. kebawah.. dan kebawah. Ia mengecup-ngecup gundukan diantara paha sekaligus menarik turun celana dalam Susan.
Dengan hati-hati Dimas membuka kedua paha Susan dan mulai mengecup kewanitaannya disertai jilatan-jilatan. Tubuh Susan bergetar merasakan lidah Dimas.
“Agghh.. Mas.. oohh.. enakk.. mas”
Mendengar desahan Susan, Dimas semakin menjadi-jadi, ia bahkan menghisap-hisap kewanitaan Susan dan meremas-remas payudaranya dengan liar. Hentakan-hentakan birahi sepertinya telah menguasai Susan, tubuhnya menggelinjang keras disertai desahan dan erangan yang tidak berkeputusan, tangannya mengusap-usap dan menarik-narik rambut Dimas, seakan tidak ingin melepaskan kenikmatan yang ia rasakan.
Susan semakin membuka lebar kedua kakinya agar memudahkan mulut Dimas melahap kewanitaannya. Kepalanya mengeleng kekiri-kekanan, tangannya menggapai-gapai, semua yang diraih dicengramnya kuat-kuat. Susan sudah tenggelam dan setiap detik belalu semakin dalam ia menuju ke dasar lautan birahi. Dimas tahu persis apa yang harus dilakukan selanjutnya, ia membuka CD nya dan merangkak naik keatas tubuh Susan.
Mereka bergumul dalam ketelanjangan yang berbalut birahi. Sesekali Dimas di atas sesekali dibawah disertai gerakan erotis pinggulnya, Susan tidak tinggal diam ia melakukan juga yang sama. Kemaluan mereka saling beradu, menggesek, dan menekan-nekan. Melihat itu semua membuat degup jantung berdetak kencang dan bagian-bagian sensitif di tubuhku mengeras.. Aku mulai terjangkit virus birahi mereka.
Dimas kemudian mengangkat tubuhnya yang ditopang satu tangan, sementara tangan lain memegang kejantannya. Dimas mengarahkan kejantanannya keselah-selah paha Susan. “Jangan Mas, katanya cuma cium aja” sergah Susan.
“Rileks San” bujuk Dimas, sambil mengosok-gosok ujung penisnya di kewanitaan Susan.
“Tapi.. Mas.. oohh.. aahh” protes Susan tenggelam dalam desahannya sendiri.
“Nikmatin aja San”
“Ehh.. akkhh.. mpphh” Susan semakin mendesah
“Gitu San.. rileks.. nanti lebih enak lagi”
“He eh Mas.. eesshh”
“Enak San..?”
“Ehh.. enaakk Mas”
Aku benar-benar ternganga dibuatnya. Seumur hidup belum pernah aku melihat milik pria yang sebenarnya, apalagi adegan ’live’ seperti itu.
Tidak ada lagi protes apalagi penolakan hanya desahan kenikmatan Susan yang terdengar.
“Aku masukin ya San” pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban.
Dimas langsung menekan pinggulnya, ujung kejantanannya tenggelam dalam kewanitaan Susan.
“Aakhh.. Mas.. eengghh” erang Susan cukup keras, membuat bulu-bulu ditubuhku meremang mendengarnya.
Dimas lebih merunduk lagi dengan sikut menahan badan, perlahan pinggulnya bergerak turun naik serta mulutnya dengan rakus melumat payudara Susan.
“Teruss.. Mas.. enak banget.. ohh.. isep yang kerass sayangg” Susan meracau.
“Aku suka sekali payudara kamu San.. mmhh”
“Aku juga suka kamu isep Mas.. ahh” Susan menyorongkan dadanya membuat Dimas bertambah mudah melumatnya.
Bukan hanya Susan yang terayun-ayun gelombang birahi, aku yang melihat semua itu turut hanyut dibuatnya. Tanpa sadar aku mulai meremas-remas payudara dan memainkan putingku sendiri, membuat mataku terpejam-pejam merasakan nikmatnya.
Dimas tahu Susan sudah pada situasi ’point of no return’, ia merebahkan badannya menindih Susan dan memeluknya seraya melumat mulut, leher dan telinga Susan dan.. kulihat Dimas menekan pinggulnya, dapat kubayangkan bagaimana kejantanannya melesak masuk ke dalam rongga kenikmatan Susan.
“Auuwww.. Mas.. sakiitt” jerit Susan.
“Stop.. stop Mas”
“Rileks San… supaya enak nanti” bujuk Dimas, sambil terus menekan lebih dalam lagi.
“Sakit Mas.. pleasee.. jangan diterusin”
Terlambat.. seluruh kejantanan Dimas telah terbenam di dalam rongga kenikmatan Susan. Beberapa saat Dimas tidak bergerak, ia mengecup-ngecup leher, pundak dan akhirnya payudara Susan kembali jadi bulan-bulanan lidah dan mulutnya. Perlakuan Dimas membuat birahi Susan terusik kembali, ia mulai melenguh dan mendesah-desah, lama kelamaan semakin menjadi-jadi. Bagian belakang tubuh Dimas yang mulai dari punggung, pinggang sampai buah pantatnya tak luput dari remasan-remasan tangan Susan.
Dimas memahami sekali keadaan Susan, pinggulnya mulai digerakan memutar perlahan sekali tapi mulutnya bertambah ganas melahap gundukan daging Susan yang dihiasi puting kecil kemerah-merahan.
“Uhh.. ohh.. Mas” desah kenikmatan Susan, kakinya dibuka lebih melebar lagi.
Dimas tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dipercepat ritme gerakan pinggulnya.
“Agghh.. ohh.. terus Masss” Susan meracau merasakan kejantanan Dimas yang berputar-putar di kewanitaannya, kepalanya tengadah dengan mata terpejam, pinggulnya turut bergoyang. Merasakan gerakannya mendapat respon Dimas tidak ragu lagi untuk menarik-memasukan batang kemaluannya.
“Aaauugghh.. sshh.. Mass.. ohh.. Mass” Susan tak kuasa lagi menahan luapan kenikmatan yang keluar begitu saja dari mulutnya.
Pinggul Dimas yang turun naik dan kaki Susan yang terbuka lebar membuat darahku berdesir, menimbulkan denyut-denyut di bagian sensitifku, kumasukan tangan kiri kebalik celana pendek dan CD. Tubuhku bergetar begitu jari-jemariku meraba-raba kewanitaanku.
“Ssshh.. sshh” desisku tertahan manakala jari tengahku menyentuh bibir kemaluanku yang sudah basah, sesaat ’life show’ Dimas dan Susan terlupakan. Kesadaranku kembali begitu mendengar pekikan Susan.
“Adduuhh.. Mas.. nikmat sekalii” Susan terbuai dalam birahinya yang menggebu-gebu.
“Nikmati San.. nikmati sepuas-puasnya”
“Ssshh.. ahh.. ohh.. ennaak Mas”
“Punya kamu enaakk sekalii San.. uugghh”
“Ohh.. Mass.. aku sayang kamu.. sshh” desah Susan seraya memeluk, pujian Dimas rupanya membuat Susan lebih agresif, pantatnya bergoyang mengikuti irama hentakan-hentakan turun-naik pantat Dimas.
“Enaak San.. terus goyang.. uhh.. eenngghh” merasakan goyangan Susan Dimas semakin mempercepat hujaman-hujaman kejantanannya.
“Ahh.. aahh.. Mass.. teruss.. sayaang” pekik Susan.
Semakin liar keduanya bergumul, keringat kenikmatan membanjir menyelimuti tubuh mereka.
“Mass.. tekan sayangg.. uuhh.. aku mau ke.. kelu.. aarrghh” erang Susan.
Dimas menekan pantatnya dalam-dalam dan tubuh keduanya pun mengejang. Gema erangan kenikmatan mereka memenuhi seantero kamar dan kemudian keduanya.. terkulai lemas.
Dikamar aku gelisah mengingat-ingat kejadian yang baru saja kulihat, bayang-bayang Dimas menyetubuhi Susan begitu menguasai pikiranku. Tak kuasa aku menahan tanganku untuk kembali mengusap-usap seluruh bagian sensitif di tubuhku namun keberadaan Ani sangat mengganggu, menjelang ayam berkokok barulah mataku terpejam. Dalam mimpi adegan itu muncul kembali hanya saja bukan Susan yang sedang disetubuhi Dimas tetapi diriku.
Jam 10.00 pagi harinya kami jalan-jalan menghirup udara puncak, sekalian membeli makanan dan cemilan sementara Ani dan Kevin menunggu villa. Belum lagi 15 menit meninggalkan villa perutku tiba-tiba mulas, aku mencoba untuk bertahan, tidak berhasil, bergegas aku kembali ke villa.
Selesai dari kamar mandi aku mencari Ani dan Kevin, rupanya mereka sedang di ruang TV dalam keadaan.. bugil. Lagi-lagi aku mendapat suguhan ’live show’ yang spektakuler. Tubuh Ani setengah melonjor di sofa dengan kaki menapak kelantai, Kevin berlutut dilantai dengan badan berada diantara kedua kaki Ani, Mulutnya mengulum-ngulum kewanitaan Ani, tak lama kemudian Kevin meletakan kedua tungkai kaki Ani dibahunya dan kembali menyantap ’segitiga venus’ yang semakin terpampang dimukanya. Tak ayal lagi Ani berkelojotan diperlakukan seperti itu.
“Ssshh.. sshh.. aahh” desis Ani.
“Oohh.. Vin.. nikmat sekalii.. sayang”
“Gigit.. Vin.. pleasee.. gigitt”
“Auuwww.. pelan sayang gigitnyaa”
Melengkapi kenikmatan yang sedang melanda dirinya satu tangan Ani mencengkram kepala Kevin, tangan lainnya meremas-remas payudara 36b-nya sendiri serta memilin putingnya.
Beberapa saat kemudian mereka berganti posisi, Ani yang berlutut di lantai, mulutnya mengulum kejantanan Kevin, kepalanya turun naik, tangannya mengocok-ngocok batang kenikmatan itu, sekali-kali dijilatnya bagai menikmati es krim. Setiap gerakan kepala Ani sepertinya memberikan sensasi yang luar biasa bagi Kevin.
“Aaahh.. aauugghh.. teruss sayangg” desah Kevin.
“Ohh.. sayangg.. enakk sekalii”
Suara desahan dan erangan membuat Ani tambah bernafsu melumat kejantanan Kevin.
“Ohh.. Anii.. ngga tahann.. masukin sayangg” pinta Kevin.
Ani menyudahi lumatannya dan beranjak keatas, berlutut disofa dengan pinggul Kevin berada diantara pahanya, tangannya menggapai batang kenikmatan Kevin, diarahkan kemulut kewanitaannya dan dibenamkan. “Aaagghh” keduanya melenguh panjang merasakan kenikmatan gesekan pada bagian sensitif mereka masing-masing. Dengan kedua tangan berpangku pada pahanya Ani mulai menggerakan pinggulnya mundur maju, karuan saja Kevin mengeliat-geliat merasakan batangnya diurut-urut oleh kewanitaan Ani. Sebaliknya, milik Kevin yang menegang keras dirasakan oleh Ani mengoyak-ngoyak dinding dan lorong kenikmatannya. Suara desahan, desisan dan lenguhan saling bersaut manakala kedua insan itu sedang dirasuk kenikmatan duniawi.
Tontonan itu membuat aku tidak dapat menahan keinginanku untuk meraba-raba2 sekujur tubuhku, rasa gatal begitu merasuk kedalam kemaluanku. Kutinggalkan ’live show’ bergegas menuju kamar, kulampiaskan birahiku dengan mengesek-gesekan bantal di kewanitaanku. Merasa tidak puas kusingkap rok miniku, kuselipkan tanganku kedalam CD-ku membelai-belai bulu-bulu tipis di permukaan kewanitaanku dan.. akhirnya menyentuh klitorisku.
“Aaahh.. sshh.. eehh” desahku merasakan nikmatnya elusan-elusanku sendiri, jariku merayap tak terkendali ke bibir kemaluanku, membuka belahannya dan bermain-main ditempat yang mulai basah dengan cairan pelancar, manakala kenikmatan semakin membalut diriku tiba-tiba pintu terbuka.. Ani! masih dengan pakaian kusut menerobos masuk, untung aku masih memeluk bantal, sehingga kegiatan tanganku tidak terlihat olehnya.
“Ehh Sus.. kok ada disini, bukannya tadi ikut yang lain?” sapa Ani terkejut.
“Iya nii.. balik lagi.. perut mules”
“Aku suruh Kevin beli obat ya”
“Ngga usah Ani.. udah baikan kok”
“Yakin Sus?”
“Iya ngga apa-apa kok” jawabku meyakinkan Ani yang kemudian kembali ke ruang tengah setelah mengambil yang dibutuhkannya. Sirna sudah birahiku karena rasa kaget.
Malam harinya selesai makan kami semua berkumpul diruang tengah, Erick langsung memutar VCD X-2. Adegan demi adegan di film mempengaruhi kami, terutama kawan-kawan pria, mereka kelihatan gelisah. Film masih setengah main Ani dan Kevin menghilang, tak lama kemudian disusul oleh Susan dan Dimas. Tinggal aku, John dan Erick, kami duduk dilantai bersandar pada sofa, aku di tengah. Melihat adegan film yang bertambah panas membuat birahiku terusik. Rasa gatal menyeruak dikewanitaanku mengelitik sekujur tubuh dan setiap detik berlalu semakin memuncak saja, aku jadi salah tingkah. John yang pertama melihat kegelisahanku.
“Kenapa Sus, gelisah banget horny ya” tegurnya bercanda.
“Ngga lagi, ngaco kamu John” sanggahku.
“Kalau horny bilang aja Sus.. hehehe.. kan ada kita-kita” Erick menimpali.
“Rese’ nih berdua, nonton aja tuh” sanggahku lagi menahan malu.
John tidak begitu saja menerima sanggahanku, diantara kami ia paling tinggi jam terbangnya sudah tentu ia tahu persis apa yang sedang aku rasakan. John tidak menyia-nyiakannya, bahuku dipeluknya seperti biasa ia lakukan, seakan tanpa tendensi apa-apa.
“Santai Sus, kalau horny enjoy aja, gak usah malu.. itu artinya kamu normal” bisik John sambil meremas pundakku.
Remasan dan terpaan nafas John saat berbisik menyebabkan semua bulu-bulu di tubuhku meremang, tanpa terasa tanganku meremas ujung rok. John menarik tanganku meletakan dipahanya ditekan sambil diremasnya, tak ayal lagi tanganku jadi meremas pahanya.
“Remas aja paha aku Sus daripada rok” bisik John lagi.
Kalau sedang bercanda jangankan paha, pantatnya yang ’geboy’ saja kadang aku remas tanpa rasa apapun, kali ini merasakan paha John dalam remasanku membuat darahku berdesir keras.
“Ngga usah malu Sus, santai aja” lanjutnya lagi.
Entah karena bujukannya atau aku sendiri yang menginginkan, tidak jelas, yang pasti tanganku tidak beranjak dari pahanya dan setiap ada adegan yang ’wow’ kuremas pahanya. Merasa mendapat angin, John melepaskan rangkulannya dan memindahkan tangannya di atas pahaku, awalnya masih dekat dengkul lama kelamaan makin naik, setiap gerakan tangannya membuatku merinding.
Entah bagaimana mulainya tanpa kusadari tangan John sudah berada dipaha dalamku, tangannya mengelus-elus dengan halus, ingin menepis, tapi, rasa geli-geli enak yang timbul begitu kuatnya, membuatku membiarkan kenakalan tangan John yang semakin menjadi-jadi.
“Sus gue suka deh liat leher sama pundak kamu” bisik John seraya mengecup pundakku.
Aku yang sudah terbuai elusannya karuan saja tambah menjadi-jadi dengan kecupannya itu.
“Jangan John” namun aku berusaha menolak.
“Kenapa Sus, cuma pundak aja kan” tanpa perduli penolakanku John tetap saja mengecup, bahkan semakin naik keleher, disini aku tidak lagi berusaha ’jaim’.
“John.. ahh” desahku tak tertahan lagi.
“Enjoy aja Sus” bisik John lagi, sambil mengecup dan menjilat daun telingaku.
“Ohh Sus” aku sudah tidak mampu lagi menahan, semua rasa yang terpendam sejak melihat ’live show’ dan film, perlahan merayapi lagi tubuhku.
Aku hanya mampu tengadah merasakan kenikmatan mulut John di leher dan telingaku. Erick yang sedari tadi asik nonton melihatku seperti itu tidak tinggal diam, ia pun mulai turut melakukan hal yang sama. Pundak, leher dan telinga sebelah kiriku jadi sasaran mulutnya.
Melihat aku sudah pasrah mereka semakin agresif. Tangan John semakin naik hingga akhirnya menyentuh kewanitaanku yang masih terbalut CD. Elusan-elusan di kewanitaanku, remasan Erick di payudaraku dan kehangatan mulut mereka dileherku membuat magma birahiku menggelegak sejadi-jadinya.
“Agghh.. Johnnn..Rickkk… ohh.. sshh” desahanku bertambah keras.
Erick menyingkap tang-top dan braku bukit kenyal 34b-ku menyembul, langsung dilahapnya dengan rakus. John juga beraksi memasukan tangannya kedalam CD meraba-raba kewanitaanku yang sudah basah oleh cairan pelicin. Aku jadi tak terkendali dengan serangan mereka tubuhku bergelinjang keras.
“Emmhh.. aahh.. ohh.. aagghh” desahanku berganti menjadi erangan-erangan.
Mereka melucuti seluruh penutup tubuhku, tubuh polosku dibaringkan dilantai beralas karpet dan mereka pun kembali menjarahnya. Erick melumat bibirku dengan bernafsu lidahnya menerobos kedalam rongga mulutku, lidah kami saling beraut, mengait dan menghisap dengan liarnya. Sementara John menjilat-jilat pahaku lama kelamaan semakin naik.. naik.. dan akhirnya sampai di kewanitaanku, lidahnya bergerak-gerak liar di klitorisku, bersamaan dengan itu Erick pun sudah melumat payudaraku, putingku yang kemerah-merahan jadi bulan-bulanan bibir dan lidahnya.
Diperlakukan seperti itu membuatku kehilangan kesadaran, tubuhku bagai terbang diawang- awang, terlena dibawah kenikmatan hisapan-hisapan mereka. Bahkan aku mulai berani punggung Erick kuremas-remas, kujambak rambutnya dan merengek-rengek meminta mereka untuk tidak berhenti melakukannya.
“Aaahh.. Johnnn.. Rickkk.. teruss.. sshh.. enakk sekalii”
“Nikmatin Sus… nanti bakal lebih lagi” bisik Erick seraya menjilat dalam-dalam telingaku.
Mendengar kata ’lebih lagi’ aku seperti tersihir, menjadi hiperaktif pinggul kuangkat-angkat, ingin John melakukan lebih dari sekedar menjilat, ia memahami, disantapnya kewanitaanku dengan menyedot-nyedot gundukan daging yang semakin basah oleh ludahnya dan cairanku. Tidak berapa lama kemudian aku merasakan kenikmatan itu semakin memuncak, tubuhku menegang, kupeluk Erick-yang sedang menikmati puting susu-dengan kuatnya.
“Aaagghh.. Johnn.. Rickk.. akuu.. oohh” jeritku keras, dan merasakan hentak-hentakan kenikmatan didalam kewanitaanku. Tubuhku melemas.. lungai.
John dan Erick menyudahi ’hidangan’ pembukanya, dibiarkan tubuhku beristirahat dalam kepolosan, sambil memejamkan mata kuingat-ingat apa yang baru saja kualami. Permainan Erick di payudara dan John di kewanitaanku yang menyebarkan kenikmatan yang belum pernah kualami sebelumnya, dan hal itu telah kembali menimbulkan getar-getar birahi diseluruh tubuhku. Aku semakin tenggelam saja dalam bayang-bayang yang menghanyutkan, dan tiba-tiba kurasakan hembusan nafas ditelingaku dan rasa tidak asing lagi.. hangat basah.. Ahh.. bibir dan lidah Erick mulai lagi, tapi kali ini tubuhku seperti di gelitiki ribuan semut, ternyata Erick sudah polos dan bulu-bulu lebat di tangan dan dadanya menggelitiki tubuhku. Begitupun John sudah bugil, ia membuka kedua pahaku lebar-lebar dengan kepala sudah berada diantaranya.
Mataku terpejam, aku sadar betul apa yang akan terjadi, kali ini mereka akan menjadikan tubuhku sebagai ’hidangan’ utama. Ada rasa kuatir dan takut tapi juga menantikan kelanjutannya dengan berdebar. Begitu kurasakan mulut John yang berpengalaman mulai beraksi.. hilang sudah rasa kekuatiran dan ketakutanku. Gairahku bangkit merasakan lidah John menjalar dibibir kemaluanku, ditambah lagi Erick yang dengan lahapnya menghisap-hisap putingku membuat tubuhku mengeliat-geliat merasakan geli dan nikmat dikedua titik sensitif tubuhku.
“Aaahh.. Johnn.. Rickk… nngghh.. aaghh” rintihku tak tertahankan lagi.
John kemudian mengganjal pinggulku dengan bantal sofa sehingga pantatku menjadi terangkat, lalu kembali lidahnya bermain dikemaluanku. Kali ini ujung lidahnya sampai masuk kedalam liang kenikmatanku, bergerak-gerak liar diantara kemaluan dan anus, seluruh tubuhku bagai tersengat aliran listrik aku hilang kendali. Aku merintih, mendesah bahkan menjerit-jerit merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Lalu kurasakan sesuatu yang hangat keras berada dibibirku.. kejantanan Erick! Aku mengeleng-gelengkan kepala menolak keinginannya, tapi Erick tidak menggubrisnya ia malah manahan kepalaku dengan tangannya agar tidak bergerak.
“Jilat.. Sus” perintahnya tegas.
Aku tidak lagi bisa menolak, kujilat batangnya yang besar dan sudah keras membatu itu, Erick mendesah-desah merasakan jilatanku.
“Aaahh.. Suss.. jilat terus.. nngghh” desah Erick.
“Jilat kepalanya Sus” aku menuruti permintaannya yang tak mungkin kutolak.
Lama kelamaan aku mulai terbiasa dan dapat merasakan juga enaknya menjilat-jilat batang penis itu, lidahku berputar dikepala kemaluannya membuat Erick mendesis desis.
“Ssshh.. nikmat sekali Suss.. isep sayangg.. isep” pintanya diselah-selah desisannya.
Aku tak tahu harus berbuat bagaimana, kuikuti saja apa yg pernah kulihat di film, kepala kejantanannya pertama-tama kumasukan kedalam mulut, Erick meringis.
“Jangan pake gigi Suss.. isep aja” protesnya, kucoba lagi, kali ini Erick mendesis nikmat.
“Ya.. gitu sayang.. sshh.. enak.. Sus”
Melihat Erick saat itu membuatku turut larut dalam kenikmatannya, apalagi ketika sebagian kejantanannya melesak masuk menyentuh langit-langit mulutku, belum lagi kenakalan lidah John yang tiada henti-hentinya menggerayangi setiap sudut kemaluanku. Aku semakin terombang-ambing dalam gelombang samudra birahi yang melanda tubuhku, aku bahkan tidak malu lagi mengocok-ngocok kejantanan Erick yang separuhnya berada dalam mulutku.
Beberapa saat kemudian Erick mempercepat gerakan pinggulnya dan menekan lebih dalam batang kemaluannya, tanganku tak mampu menahan laju masuknya kedalam mulutku. Aku menjadi gelagapan, ku geleng-gelengkan kepalaku hendak melepaskan benda panjang itu tapi malah berakibat sebaliknya, gelengan kepalaku membuat kemaluannya seperti dikocok-kocok. Erick bertambah beringas mengeluar-masukan batangnya dan..
“Aaagghh.. nikmatt.. Sus… aku.. kkeelluaarr” jerit Erick, air maninya menyembur-nyembur keras didalam mulutku membuatku tersedak, sebagian meluncur ke tenggorokanku sebagian lagi tercecer keluar dari mulutku.
Aku sampai terbatuk-batuk dan meludah-ludah membuang sisa yang masih ada dimulutku. John tidak kuhiraukan aku langsung duduk bersandar menutup dadaku dengan bantal sofa.
“Gila Erick.. kira-kira dong” celetukku sambil bersungut-sungut.
“Sorry Sus.. ngga tahan.. abis isepan kamu enak banget” jawab Erick dengan tersenyum.
“Udah Sus jangan marah, kamu masih baru nanti lama lama juga bakal suka” sela John seraya mengambilkan aku minum dan membersihkan sisa air mani dari mulutku.
John benar, aku sebenarnya tadi menikmati sekali, apalagi melihat mimik Erick saat akan keluar hanya saja semburannya yang membuatku kaget. John membujuk dan memelukku dengan lembut sehingga kekesalanku segera surut. Dikecupnya keningku, hidungku dan bibirku. Kelembutan perlakuannya membuatku lupa dengan kejadian tadi. Kecupan dibibir berubah menjadi lumatan-lumatan yang semakin memanas kami pun saling memagut, lidah John menerobos mulutku meliuk-liuk bagai ular, aku terpancing untuk membalasnya. Ohh.. sungguh luar biasa permainan lidahnya, leher dan telingaku kembali menjadi sasarannya membuatku sulit menahan desahan-desahan kenikmatan yang begitu saja meluncur keluar dari mulutku.
John merebahkan tubuhku kembali dilantai beralas karpet, kali ini dadaku dilahapnya puting yang satu dihisap-hisap satunya lagi dipilin-pilin oleh jari-jarinya. Dari dada kiriku tangannya melesat turun ke kewanitaanku, dielus-elusnya kelentit dan bibir kemaluanku. Tubuhku langsung mengeliat-geliat merasakan kenakalan jari-jari John.
“Ooohh.. mmppff.. ngghh.. sshh” desisku tak tertahan.
“Teruss.. Johnn.. aakkhh”
Aku menjadi lebih menggila waktu John mulai memainkan lagi lidahnya di kemaluanku, seakan kurang lengkap kenikmatan yang kurasakan, kedua tanganku meremas-remas payudaraku sendiri.
“Ssshh.. nikmat Johnn…mmpphh” desahanku semakin menjadi-jadi.
Tak lama kemudian John merayap naik keatas tubuhku, aku berdebar menanti apa yang akan terjadi. John membuka lebih lebar kedua kakiku, dan kemudian kurasakan ujung kejantanannya menyentuh mulut kewanitaanku yang sudah basah oleh cairan cinta.
“Aauugghh.. Johnn.. pelann” jeritku lirih, saat kepala kejantanannya melesak masuk kedalam rongga kemaluanku.
John menghentikan dorongannya, sesaat ia mendiamkan kepala kemaluannya dalam kehangatan liang kewanitaanku. Kemudian-masih sebatas ujungnya-secara perlahan ia mulai memundur-majukannya. Sesuatu yang aneh segera saja menjalar dari gesekan itu keseluruh tubuhku. Rasa geli, enak dan entah apalagi berbaur ditubuhku membuat pinggulku mengeliat-geliat mengikuti tusukan-tusukan John.
“Ooohh.. Johnn.. sshh.. aahh.. enakk Johnn” desahku lirih.
Aku benar-benar tenggelam dalam kenikmatan yang luar biasa akibat gesekan-gesekan di mulut kewanitaanku. Mataku terpejam-pejam kadang kugigit bibir bawahku seraya mendesis.
“Enak.. Sus” tanya John berbisik.
“He ehh Johnn.. oohh enakk.. Johnn.. sshh”
“Nikmatin Sus.. nanti lebih enak lagi” bisiknya lagi.
“Ooohh.. Jonn.. ngghh”
John terus mengayunkan pinggulnya turun-naik-tetap sebatas ujung kejantanannya-dengan ritme yang semakin cepat. Selagi aku terayun-ayun dalam buaian birahi, tiba-tiba John menekan kejantanannya lebih dalam membelah kewanitaanku.
“Auuhh.. sakitt Johnn” jeritku saat kejantanannya merobek selaput darahku, rasanya seperti tersayat silet, John menghentikan tekanannya.
“Pertama sedikit sakit Sus.. nanti juga hilang kok sakitnya” bisik John seraya menjilat dan menghisap telingaku.
Entah bujukannya atau karena geliat liar lidahnya, yang pasti aku mulai merasakan nikmatnya milik John yang keras dan hangat didalam rongga kemaluanku.
John kemudian menekan lebih dalam lagi, membenamkan seluruh batang kemaluannya dan mengeluar-masukannya. Gesekan kejantanannya dirongga kewanitaanku menimbulkan sensasi yang luar biasa! Setiap tusukan dan tarikannya membuatku menggelepar-gelepar.
“Ssshh.. ohh.. ahh.. enakk Johnn.. empphh” desahku tak tertahan.
“Ohh.. Sus.. enak banget punya kamu.. oohh” puji John diantara lenguhannya.
“Agghh.. terus Johnn.. teruss” aku meracau tak karuan merasakan nikmatnya hujaman-hujaman kejantanan John di kemaluanku.
Peluh-peluh birahi mulai menetes membasahi tubuh. Jeritan, desahan dan lenguhan mewarnai pergumulan kami. Menit demi menit kejantanan John menebar kenikmatan ditubuhku. Magma birahi semakin menggelegak sampai akhirnya tubuhku tak lagi mampu menahan letupannya.
“Johnn.. oohh.. tekan Johnnn.. agghh.. nikmat sekali Johnn” jeritan dan erangan panjang terlepas dari mulutku.
Tubuhku mengejang, kupeluk John erat-erat, magma birahiku meledak, mengeluarkan cairan kenikmatan yang membanjiri relung-relung kewanitaanku.
Tubuhku terkulai lemas, tapi itu tidak berlangsung lama. Beberapa menit kemudian John mulai lagi memacu gairahku, hisapan dan remasan didadaku serta pinggulnya yang berputar kembali membangkitkan birahiku. Lagi-lagi tubuhku dibuat mengelepar-gelepar terayun dalam kenikmatan duniawi. Tubuhku dibolak-balik bagai daging panggang, setiap posisi memberikan sensasi yang berbeda. Entah berapa kali kewanitaanku berdenyut-denyut mencapai klimaks tapi John sepertinya belum ingin berhenti menjarah tubuhku. Selagi posisiku di atas John, Erick yang sedari tadi hanya menonton serta merta menghampiri kami, dengan berlutut ia memelukku dari belakang. Leherku dipagutnya seraya kedua tangannya memainkan buah dadaku. Apalagi ketika tangannya mulai bermain-main diklitorisku membuatku menjadi tambah meradang.
Kutengadahkan kepalaku bersandar pada pundak Erick, mulutku yang tak henti-hentinya mengeluarkan desahan dan lenguhan langsung dilumatnya. Pagutan Erick kubalas, kami saling melumat, menghisap dan bertukar lidah. Pinggulku semakin bergoyang berputar, mundur dan maju dengan liarnya. Aku begitu menginginkan kejantanan John mengaduk-aduk seluruh isi rongga kewanitaanku yang meminta lebih dan lebih lagi.
“Aaargghh.. Sus.. enak banget.. terus Sus… goyang terus” erang John.
Erangan John membuat gejolak birahiku semakin menjadi-jadi, kuremas buah dadaku sendiri yang ditinggalkan tangan Erick.. Ohh aku sungguh menikmati semua ini.
Erick yang merasa kurang puas meminta merubah posisi. John duduk disofa dengan kaki menjulur dilantai, Akupun merangkak kearah batang kemaluannya.
“Isep Suss” pinta John, segera kulumat kejantanannya dengan rakus.
“Ooohh.. enak Sus… isep terus”
Bersamaan dengan itu kurasakan Erick menggesek-gesek bibir kemaluanku dengan kepala kejantanannya. Tubuhku bergetar hebat, saat batang kemaluan Erick-yang satu setengah kali lebih besar dari milik John-dengan perlahan menyeruak menembus bibir kemaluanku dan terbenam didalamnya. Tusukan-tusukan kejantanan Erick serasa membakar tubuh, birahiku kembali menggeliat keras. Aku menjadi sangat binal merasakan sensasi erotis dua batang kejantanan didalam tubuhku. Batang kemaluan John kulumat dengan sangat bernafsu. Kesadaranku hilang sudah naluriku yang menuntun melakukan semua itu.
“Sus.. terus Suss.. gue ngga tahan lagi.. Aaarrgghh” erang John.
Aku tahu John akan segera menumpahkan cairan kenikmatannya dimulutku, aku lebih siap kali ini. Selang berapa saat kurasakan semburan-semburan hangat sperma John.
“Aaagghh.. nikmat banget Sus.. isep teruss.. telan Sus” jerit John, lagi-lagi naluriku menuntun agar aku mengikuti permintaan John, kuhisap kejantananya yang menyemburkan cairan hangat dan.. kutelan cairan itu. Aneh! Entah karena rasanya, atau sensasi sexual karena melihat John yang mencapai klimaks, yang pasti aku sangat menyukai cairan itu. Kulumat terus itu hingga tetes terakhir dan benda keras itu mengecil.. lemas.
John beranjak meninggalkan aku dan Erick, sepeninggal John aku merasa ada yang kurang. Ahh.. ternyata dikerjai dua pria jauh lebih mengasikkan buatku. Namun hujaman-hujaman kemaluan Erick yang begitu bernafsu dalam posisi ’doggy’ dapat membuatku kembali merintih-rintih. Apalagi ditambah dengan elusan-elusan Ibu jarinya dianusku. Bukan hanya itu, setelah diludahi Erick bahkan memasukan Ibu jarinya ke lubang anusku. Sodokan-sodokan dikewanitaanku dan Ibu jarinya dilubang anus membuatku mengerang-erang.
“Ssshh.. engghh.. yang keras Rickkk. mmpphh”
“Enak banget Rickk.. aahh.. oohh”
Mendengar eranganku Erick tambah bersemangat menggedor kedua lubangku, Ibu jarinya kurasakan tambah dalam menembus anusku, membuatku tambah lupa daratan.
Sedang asiknya menikmati, Erick mencabut kejantanan dan Ibu jarinya.
“Erickk… kenapa dicabutt” protesku.
“Masukin lagi Rickk…. pleasee” pintaku menghiba.
Sebagai jawaban aku hanya merasakan ludah Erick berceceran di lubang anusku, tapi kali ini lebih banyak. Aku masih belum mengerti apa yang akan dilakukannya. Saat Erickkk mulai menggosok kepala penisnya dilubang anus baru aku sadar apa yang akan dilakukannya.
“Ericki.. pleasee.. jangan disitu” aku menghiba meminta Erick jangan melakukannya.
Erick tidak menggubris, tetap saja digosok-gosokannya, ada rasa geli-geli enak kala ia melakukan hal itu. Dibantu dengan sodokan jarinya dikemaluanku hilang sudah protesku. Tiba-tiba kurasakan kepala kemaluannya sudah menembus anusku. Perlahan namun pasti, sedikit demi sedikit batang kenikmatannya membelah anusku dan tenggelam habis didalamnya.
“Aduhh sakitt Rick… akhh..!” keluhku pasrah karena rasanya mustahil menghentikan Erick.
“Rileks Sus… seperti tadi, nanti juga hilang sakitnya” bujuknya seraya mencium punggung dan satu tangannya lagi mengelus-elus klitorisku.
Separuh tubuhku yang tengkurap disofa sedikit membantuku, dengan begitu memudahkan aku untuk mencengram dan mengigit bantal sofa untuk mengurangi rasa sakit. Berangsur-angsur rasa sakit itu hilang, aku bahkan mulai menyukai batang keras Erick yang menyodok-nyodok anusku. Perlahan-lahan perasaan nikmat mulai menjalar disekujur tubuhku.
“Aaahh.. aauuhh.. oohh Rickkk”erang-erangan birahiku mewarnai setiap sodokan penis Erick yang besar itu.
Erick dengan buasnya menghentak-hentakan pinggulnya. Semakin keras Erick menghujamkan kejantananya semakin aku terbuai dalam kenikmatan.
John yang sudah pulih dari ’istirahat’nya tidak ingin hanya menonton, ia kembali bergabung. Membayangkan akan dijarah lagi oleh mereka menaikan tensi gairahku. Atas inisiatif John kami pindah kekamar tidur, jantungku berdebar-debar menanti permainan mereka. John merebahkan diri terlentang ditempat tidur dengan kepala beralas bantal, tubuhku ditarik menindihinya. Sambil melumat mulutku-yang segera kubalas dengan bernafsu-ia membuka lebar kedua pahaku dan langsung menancapkan kemaluannya kedalam vaginaku. Erick yang berada dibelakang membuka belahan pantatku dan meludahi lubang anusku. Menyadari apa yang akan mereka lakukan menimbulkan getaran birahi yang tak terkendali ditubuhku. Sensasi sexual yang luar bisa hebat kurasakan saat kejantanan mereka yang keras mengaduk-aduk rongga kewanitaan dan anusku. Hentakan-hentakan milik mereka dikedua lubangku memberi kenikmatan yang tak terperikan.
Erick yang sudah lelah berlutut meminta merubah posisi, ia mengambil posisi tiduran, tubuhku terlentang diatasnya, kejantanannya tetap berada didalam anusku. John langsung membuka lebar-lebar kakiku dan menghujamkan kejantanannya dikemaluanku yang terpampang menganga. Posisi ini membuatku semakin menggila, karena bukan hanya kedua lubangku yang digarap mereka tapi juga payudaraku. Erick dengan mudahnya memagut leherku dan satu tangannya meremas buah dadaku, John melengkapinya dengan menghisap puting buah dadaku satunya. Aku sudah tidak mampu lagi menahan deraan kenikmatan demi kenikmatan yang menghantam sekujur tubuhku. Hantaman-hantaman John yang semakin buas dibarengi sodokan Erick, sungguh tak terperikan rasanya. Hingga akhirnya kurasakan sesuatu didalam kewanitaanku akan meledak, keliaranku menjadi-jadi.
“Aaagghh.. ouuhh.. Johnnn.. Rickkk.. tekaann” jerit dan erangku tak karuan.
Dan tak berapa lama kemudian tubuhku serasa melayang, kucengram pinggul John kuat-kuat, kutarik agar batangnya menghujam keras dikemaluanku, seketika semuanya menjadi gelap pekat. Jeritanku, lenguhan dan erangan mereka menjadi satu.
“Aduuhh.. Johnn.. Rickk.. nikmat sekalii”
“Aaarrghh.. Suss… enakk bangeett”
Keduanya menekan dalam-dalam milik mereka, cairan hangat menyembur hampir bersamaan dikedua lubangku. Tubuhku bergetar keras didera kenikmatan yang amat sangat dahsyat, tubuhku mengejang berbarengan dengan hentakan-hentakan dikewanitaanku dan akhirnya kami.. terkulai lemas.
Sepanjang malam tak henti-hentinya kami mengayuh kenikmatan demi kenikmatan sampai akhirnya tubuh kami tidak lagi mampu mendayung. Kami terhempas kedalam mimpi dengan senyum kepuasan. Dihari-hari berikutnya bukan hanya Erick dan John yang memberikan kepuasan, tapi juga pria-pria lain yang aku sukai. Tapi aku tidak pernah bisa meraih kenikmatan bila hanya dengan satu pria.. aku baru akan mencapai kepuasan bila ’dijarah’ oleh dua atau tiga pria sekaligus.

Daftar Sekarang di LaskarQQ!