Tuesday, February 26, 2019

Cerita Sex Kisah Sex Akibat Kekecewaan Vivi Terhadap Suaminya


LASKARQQPerkenalkan nama saya Nendi umur 29 tahun, saya bekerja di sebuah hotel berbintang tiga di kota ?B?. Seperti kebanyakan orang bekerja yang kadang membuat kita jenuh, untuk mengatasinya aku sering mengunjungi situs Rumah Seks, sampai akhirnya saya terobsesi untuk menulis cerita ini.
Cerita ini berawal dari pulang kemalaman dengan seorang sekretaris teman sekantor di bagian lain, namanya Vivi berperawakan sintal dengan kulit putih dan tinggi badan yang sedang-sedang saja sekitar 165 cm. Sebetulnya Vivi bukanlah tipe orang yang ramah walaupun dia seorang sekretaris, mungkin karena om-nyalah dia ada di posisi tersebut. Oh ya, Vivi juga sudah menikah kira-kira satu setengah tahun yang lalu, dan saya pernah beberapa kali ketemu dengan suaminya.
Pagi itu pada saat jam masuk kantor aku berpapasan dengannya di pintu masuk, seperti biasa kita saling tersenyum dan mengucapkan selamat pagi. Ah lucu juga kita yang sudah kenal beberapa tahun masih melakukan kebiasaan seperti itu, padahal untuk hitungan waktu selama tiga tahun kita harus lebih akrab dari itu, tapi mau bagaimana lagi karena Vivi orangnya memang seperti itu jadi akupun terbawa-bawa, aku sendiri bertanya-tanya apakah sifatnya yang seperti itu hanya untuk menjaga jarak dengan orang-orang di lingkungan kerja atau memang dia punya pembawaan seperti itu sejak lahir.
Mungkin saat itu aku sedang ketiban mujur, tepat di pintu masuk entah apa penyebabnya tiba-tiba saja Vivi seperti akan terjatuh dan refleks aku meraih tubuhnya dengan maksud untuk menahan supaya dia tidak benar-benar terjatuh, tapi tanpa sengaja tanganku menyentuh sesuatu di bagian dadanya. Setelah dapat berdiri dengan sempurna Vivi memandang ke arahku sambil tersenyum, ya ampun menurutku itu merupakan sesuatu yang istimewa mengingat sifatnya yang kuketahui selama ini.
?Terima kasih Pak nendi, hampir saja aku terjatuh.?
?Oh, nggak apa-apa, maaf barusan tidak sengaja.?
?Tidak apa-apa.?
Seperti itulah dialog yang terjadi pagi itu. Walaupun nggak mau mikirin terus kejadian tersebut tapi aku tetap merasa kurang enak karena telah menyentuh sesuatu pada tubuhnya walaupun nggak sengaja, waktu kutengok ke arah meja kerjanya melalui kaca pintu ruanganku dia juga kelihatannya kepikiran dengan kejadian tersebut, untung waktu masuk kerja masih empat puluh lima menit lagi jadi belum ada orang, seandainya pada saat itu sudah banyak orang mungkin dia selain merasa kaget juga akan merasa malu
Aku kembali melakukan rutinitas keseharian menggeluti angka-angka yang yang nggak ada ujungnya. Sudah kebiasaanku setiap tiga puluh menit memandang gambar panorama yang kutempel dikaca pintu ruanganku untuk menghindari kelelahan pada mata, tapi ternyata ada sesuatu yang lain di seberang pintu ruanganku pada hari itu, aku melihat Vivi sedang memandang ke arah yang sama sehingga pandangan kami bertemu. Lagi, dia tersenyum kearahku, aku malah jadi bertanya-tanya ada apa gerangan dengan cewek itu, aku yang geer atau memang dia jadi lain hari ini, ah mungkin hanya pikiranku saja yang ngelantur.
Jam istirahat makan seperti biasa semua orang ngumpul di EDR untuk makan siang, dan suatu kebetulan lagi waktu nyari tempat duduk ternyata kursi yang kosong ada di sebelah Vivi, akhirnya aku duduk disana dan menyantap makanan yang sudah kuambil. Setelah selesai makan, kebiasaan kami ngobrol ngalor-ngidul sambil menunggu waktu istirahat habis, karena aku duduk disebelah dia jadi aku ngobrol sama dia, padahal sebelumnya aku males ngobrol sama dia.
?Gimana kabar suaminya vi?? aku memulai percakapan
?Baik pak.?
?Trus gimana kerjaannya? masih di tempat yang dulu??
?Sekarang sedang meneruskan studi di amerika, baru berangkat satu bulan yang lalu.?
?Oh begitu, baru tahu aku.?
?Ingin lebih pintar katanya pak.?
?Ya baguslah kalau begitu, kan nantinya juga untuk mesa depan berdua.?
?Iya pak.?
Setelah jam istirahat habis semua kembali ke ruangan masing-masing untuk meneruskan kerjaan yang tadi terhenti. Akupun kembali hanyut dengan kerjaanku.
Pukul setengah tujuh aku bermaksud beres-beres karena penat juga kerja terus, tanpa sengaja aku nengok ke arah pintu ruanganku ternyata Vivi masih ada di mejanya. Setelah semua beres akupun keluar dari ruangan dan bermaksud untuk pulang, aku melewati mejanya dan iseng aku nyapa dia.
?Kok tumben hari gini masih belum pulang??
?Iya pak, ini baru mau pulang, baru beres, banyak kerjaan hari ini?
Aku merasakan gaya bicaranya lain hari ini, tidak seperti hari-hari sebelumnya yang kalau bicara selalu kedengaran resmi, yang menimbulkan rasa tidak akrab.

?Ya udah kalo begitu kita bareng aja.? ajakku menawarkan.
?Tidak usah pak, biar aku pulang sendiri saja.?
?Nggak apa-apa, ayo kita bareng, ini udah terlalu malam.?
?Baik Pak kalau begitu.?
Sambil berjalan menuju tempat parkir kembali kutawarkan jasa yang walaupun sebetulnya niatnya hanya iseng saja.
?Gimana kalo vivi bareng aku, kita kan searah.?
?Nggak usah pak, biar aku pakai angkutan umum atau taksi saja.?
?Lho, jangan gitu, ini udah malem, nggak baik perempuan jalan sendiri malem-malem.?
?Baik kalau begitu pak.?
Di sepanjang jalan yang dilalui kami tidak banyak bicara sampai akhirnya aku perhatikan dia agak lain, dia kelihatan murung, kenapa ini cewek.
?Lho kok kelihatannya murung, kenapa?? tanyaku penasaran.
?Nggak apa-apa pak.?
?Nggak apa-apa kok ngelamun begitu, perlu teman buat ngobrol?? tanyaku memancing.
?Nggak ah pak, malu.?
?Kok malu sih, nggak apa-apa kok, ngobrol aja aku dengerin, kalo bisa dan perlu mungkin aku akan bantu.?
?Susah mulainya pak, soalnya ini terlalu pribadi.?
?Oh begitu, ya kalo nggak mau ya nggak usah, aku nggak akan maksa.?
?Tapi sebetulnya memang aku perlu orang untuk teman ngobrol tentang masalah ini.?
?Ya udah kalo begitu obrolin aja sama aku, rahasia dijamin kok.?
?Ini soal suami aku pak.?
?Ada apa dengan suaminya??
?Itu yang bikin aku malu untuk meneruskannya.?
?Nggak usah malu, kan udah aku bilang dijamin kerahasiaannya kalo vivi ngobrol ke aku.?
?Anu, aku sering baca buku-buku mengenai hubungan suami istri.?
?Trus kenapa??
?aku baca, akhir dari hubungan badan antara suami istri yang bagus adalah orgasme yang dialami oleh keduanya.?
?Trus letak permasalahannya dimana??
?Mengenai orgasme, aku sampai dengan saat ini aku hanya sempat membacanya tanpa pernah merasakannya.?
Aku sama sekali nggak pernah menduga kalo pembicaraannya akan mengarah kesana, dalam hati aku membatin, masa sih kawin satu setengah tahun sama sekali belum pernah mengalami orgasme? timbul niatku untuk beramal:-)
?Masa sih vi, apa betul kamu belum pernah merasakan orgasme seperti yang barusan kamu bilang??
?Betul pak, kebetulan aku ngobrolin masalah ini dengan bapak, jadi setidaknya bapak bisa memberi masukan karena mungkin ini adalah masalah laki-laki.?
?Ya, gimana ya, sekarang kan suami vivi lagi nggak ada, seharusnya waktu suami vivi ada barengan pergi ke ahlinya untuk konsultasi masalah itu?
?Pernah beberapa kali aku ajak suami aku, tapi menolak dan akhirnya kalau aku singgung masalah itu hanya menimbulkan pertengkaran diantara kami.?
Tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan tanpa terasa pula kami sudah sampai didepan rumah Vivi, Aku bermaksud mengantar dia sampai depan pintu rumahnya.
?Tidak usah pak, biar sampai sini saja.?
?Nggak apa-apa, takut ada apa-apa biar aku antar sampai depan pintu.?
Dasar, kakiku menginjak sesuatu yang lembek ditanah dan hampir saja terpeleset karena penerangan di depan rumahnya agak kurang. Setelah sampai di teras rumahnya kulihat kakiku, ternya yang kunjak tadi adalah sesuatu yang kurang enak untuk disebutkan, sampai-sampai sepatuku sebelah kiri hampir setengahnya kena.
?Aduh Pak nendi, gimana dong itu kakinya.?
?Nggak apa-apa, nanti aku cuci kalo udah nyampe rumah.?
?Dicuci disini aja pak, nanti nggak enak sepanjang jalan kecium baunya.?
?Ya udah, kalo begitu aku ikut ke toilet.?
Setelah membersihkan kaki aku diperliahkan duduk di ruang tamunya, dan ternyata disana sudah menunggu segelas kopi hanngat. Sambil menunggu kakiku kering kami berbincang lagi.
?Oh ya vi, mengenai yang kamu ceritakan tadi di jalan, gimana cara kamu mengatasinya??
?aku sendiri bingung Pak harus bagaimana.?
Mendengar jawaban seperti itu dalam otakku timbul pikiran kotor lelaki.
?Gimana kalau besok-besok aku kasih apa yang kamu pengen??
?Yang aku mau yang mana pak.?
?Lho, itu yang sepanjang jalan kamu bilang belum pernah ngalamin.?
?Ah bapak bisa aja.?
?Bener kok, aku bersedia ngasih itu ke kamu.?
Termenung dia mendengar perkataanku tadi, melihat dia yang sedang menerawang aku berpikir kenapa juga harus besok-besok, kenapa nggak sekarang aja selagi ada kesempatan.
Kudekati dia dan kupegang tangannya, tersentak juga dia dari lamunannya sambil menatap kearahku dengan penuh tanda tanya. Kudekatkan wajahku ke wajahnya dan kukecup pipi sebelah kanannya, dia diam tidak bereaksi. Ku kecup bibirnya, dia menarik napas dalam entah apa yang ada dipikirannya dan tetap diam, kulanjutkan mencium hidungnya dan dia memejamkan mata.
Ternyata napsu sudah menggerogoti kepalaku, kulumat bibirnya yang tipis dan ternyata dia membalas lumatanku, bibir kami saling berpagut dan kulihat dia begitu meresapi dan menikmati adegan itu. Kitarik tangannya untuk duduk disebelahku di sofa yang lebih panjang, dia hanya mengikuti sambil menatapku. Kembali kulumat bibirnya, lagi, dia membalasnya dengan penuh semangat.
Dengan posisi duduk seperti itu tanganku bisa mulai bekerja dan bergerilya. Kuraba bagian dadanya, dia malah bergerak seolah-olah menyodorkan dadanya untuk kukerjain. Kuremas dadanya dari luar bajunya, tangan kirinya membuka kancing baju bagian atasnya kemudian membimbing tangan kananku untuk masuk kedalam BHnya. Ya ampun bener-bener udah nggak tahan dia rupanya.
Kulepas tangan dan bibirku dari tubuhnya, aku berpindah posisi bersandar pada pegangan sofa tempatku duduk dan membuka kalkiku lebar-lebar. Kutarik dia untuk duduk membelakangiku, dari belakang kubuka baju dan BHnya yang saat itu sudah nempel nggak karuan, kuciumi leher bagian belakang Vivi dan tangan kiri kananku memegang gunung di dadanya masing-masing satu, dia bersandar ketubuhku seperti lemas tidak memiliki tenaga untuk menopang tubuhnya sendiri dan mulai kuremas payudaranya sambil terus kuciumi tengkuknya.
Setelah cukup lama meremas buah dadanya tangan kiriku mulai berpindah kebawah menyusuri bagian perutnya dan berhenti di tengah selangkangannya, dia melenguh waktu kuraba bagian itu. Kusingkap roknya dan tanganku langsung masuk ke celana dalamnya, kutemukan sesuatu yang hangat-hangat lembab disana, sudah basah rupanya. Kutekan klitorisnya dengan jari tengah tangan kiriku.
?Ohh .. ehh ..?
Aku semakin bernapsu mendengan rintihannya dan kumasukkan jariku ke vaginanya, suaranya semakin menjadi. Kukeluar masukkan jariku disana, tubuhnya semakin melenting seperti batang plastik kepanasan, terus kukucek-kucek semakin cepat tubuhnya bergetar menerima perlakuanku. Dua puluh menit lamanya kulakukan itu dan akhirnya keluar suara dari mulutnya.
?Udah dulu pak, aku nggak tahan pengen pipis.?
?Jangan ditahan, biarkan aja lepas.?
?Aduh pak, nggak tahan, vivi mau pipis .. ohh .. ahh.?
Badanya semakin bergetar, dan akhirnya.
?Ahh .. uhh.?
Badanya mengejang beberapa saat sebelum akhirnya dia lunglai bersender kedadaku.
?Gimana vi rasanya??
?Enak pak.?
Kulihat air matanya berlinang.
?Kenapa kamu menangis vi.?
Dia diam tidak menyahut.
?Kamu nyesel udah melakukan ini?? tanyaku.
?Bukan pak.?
?Lantas??
?aku bahagia, akhirnya aku mendapatkan apa yang aku idam-idamkan selama ini yang seharusnya datang dari suami aku.?
?Oh begitu.?
Kami saling terdiam beberapa saat sampai aku lupa bahwa jari tengah tangan kiriku masih bersarang didalam vaginanya dan aku cabut perlahan, dia menggeliat waktu kutarik jari tanganku, dan aku masih tercenung dengan kata-kata terakhir yang terlontar dari mulutnya, benar rupanya .. dia belum pernah merasakan orgasme.
?Mau ke kamar mandi pak??
Tiba-tiba suara itu menyadarkanku dari lamunan ..
?Oh ya, sebelah mana kamar mandinya??
?Sebelah sini pak?, sahutnya sambil menunjukkan jalan menuju kamar mandi.
Dia kembali ke ruang tamu sementara aku mencuci bagian tangan yang tadi sudah melaksanakan tugas sebagai seorang laki-laki terhadap seorang perempuan. Tak habisnya aku berpikir, kenapa orang berumah tangga sudah sekian lama tapi si perempuan baru mengalami orgasme satu kali saja dan itupun bukan oleh suaminya.
Selesai dari kamar mandi aku kembali ke ruang tamu dan kutemukan dia sedang melihat acara di televisi, tapi kulihat
dari wajahnya seakan pikirannya sedang menerawang, entah apa yang ada dalam pikirannya saat itu.
?Vi, udah malam nih, saya pulang dulu ya ..?
Terhenyak dia dan menatapku ..
?Emm, pak, mau nggak malam ini nemanin vivi??
Kaget juga aku menerima pertanyaan seperti itu karena memang tidak pikiran untuk menginap dirumahnya malam ini, tapi aku tidak mau mengecewakan dia yang meminta dengan wajah mengharap.
?Waktu kan masih banyak, besok kita ketemu lagi di kantor, dan kapan-kapan kita masih bisa ketemu diluar kantor.?
Dia berdiri dan menghampiriku ..
?Terima kasih ya pak, vivi sangat bahagia malam ini, saya harap bapak tidak bosan menemani saya.?
?Kita kan kenal sudah lama, saya selalu bersedia untuk membantu kamu dalam hal apapun.?
?Sekali lagi terima kasih, boleh kalau mau pulang sekarang dan tolong sampaikan salam saya buat ibu.?
Akhirnya aku pulang dengan terus dihinggapi pertanyaan didalam pikiranku, kenapa dia bisa begitu, kasihan sekali dia.
Seperti biasa esoknya aku masuk kantor pagi-pagi sekali karena memang selalu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, kupikir belum ada siapa-siapa karena biasanya yang sudah ada saat aku datang adalah office boy, tapi ternyata pagi itu aku disambut dengan senyuman vivi yang sudah duduk di meja kerjanya. Tidak seperti biasa, pada hari-hari sebelumnya aku selalu melihat vivi dalam penampilan yang lain dari pagi ini, sekarang dia terlihat berseri dan terkesan ramah dan akrab.
?Pagi vi.?
?Pagi pak.?
?Gimana, bisa tidur nyenyak tadi malam??
?Ah bapak, bisa aja, tadi malam saya tidur pulas sekali.?
?Ya sudah, saya tinggal dulu ya, selamat bekerja.?
?Iya pak.?
Aku meneruskan langkahku menuju ruang kerjaku yang memang tidak jauh dari meja kerjanya, dari dalam ruangan kembali aku menengokkan wajah ke arahnya, ternyata dia masih menatapku sambil tersenyum.
Tidak seperti biasanya, aku merasakan hari ini bekerja merupakan sesuatu yang membosankan, suntuk rasanya menghadapi pekerjaan yang memang dari hari ke hari selalu saja ada sesuatu yang harus diulang, akhirnya aku menulis cerita ini. HP didalam saku celanaku berbunyi, ada SMS yang masuk, kubuka SMS tersebut yang rupanya datang dari cewek diseberang ruanganku yang tadi pagi menatapku sampai aku masuk ke ruangan ini .. ya dia, vivi
?Pak, nanti mlm ada acara gak? kalo tidak bisa gak bapak menuhin janji bapak tadi malam.?
Begitulah isi SMS yang kuterima, aku berpikir agresif juga nih cewek pada akhirnya. Kuangkan telepon yang ada diatas meja kerjaku dan kutekan nomor extensin dia.
?Kenapa gitu vi, mau ngajak kemana??
?Eh bapak, kirain siapa, enggak, vivi udah nyediain makan malam di rumah, bapak bisa kan makan malam sama vivi nanti malam??
?Boleh, kalau gitu nanti pulang saya tunggu di ruang parkir ya.?
?Iya pak, ma kasih.?
Sore hari aku terkejut karena waktu pulang sudah terlewat sepuluh menit, bergegas kubereskan ruanganku dan berlari menuju ruang parkir. Disana vivi sudah menungguku, tapi dia tersenyum waktu melihatku datang, tadinya kupikir dia akan kecewa, tapi syukurlah kelihatanyya dia tidak kecewa.
?Maaf jadi nunggu ya vi, harus beres-beres sesuatu dulu.?
?Nggak apa-apa pak, vivi juga barusan ada yang harus diselesaikan dulu dengan neni.?
?Yo.? kataku sambil membukkan pintu untuk dia, dan dia masuk kedalam mobil kemudian duduk disebelahku.
Diperjalanan kami ngobrol kesana kemari, dan tanpa terasa akhirnya kami masuk ke komplek perumahan dimana vivi tinggal lalu kami turun menuju ke rumahnya. Dia membuka pintu depan rumahnya dengan susah, rupanya ada masalah dengan kunci pintu tersebut. Aku tidak berusaha membantunya, karena dari belakang baru kuperhatikan kali ini kalau bagian tengah belakang milik vivi menarik sekali, lingkarannya tidak terlalu besar, tapi aku yakin laki-laki akan suka bila melihatnya dalam keadaan setengah berjongkok seperti itu.
Akhirnya pintu terbuka juga dan dia mempersilakan aku masuk, dan kamipun masuk. Setelah mempersilakan aku untuk duduk, dia pergi ke kamarnya, setelah itu dia kembali lagi dengan pakaian yang sudah digantinya, dia tidak langsung menghampiriku tapi terus melangkah ke arah dapur dan kembali dengan segelas air putih dan segelas kopi, lalu dia menyodorkan kopi tersebut kepadaku.
?Wah enak sekali nih hari gini minum kopi, kamu kok nggak minum kopi juga vi??
?Saya nggak pernah minum kopi pak, nggak boleh sama si mas.?
?Oh gitu.?
?Pak mobilnya dimasukin garasi aja ya, biar vivi yang mindahin.?
?Bolah, sekalian saya mau ikut ke kamar mandi dulu, badan rasanya nggak enak kalau masih ada keringatnya.?
?Handuknya ada di kamar mandi pak.?
Dia berdiri sambil menerima kunci mobil yang kuserahkan sedangkan aku ngeloyor ke kamar mandi untuk terus membersihkan badan yang memang rasanya agak nggak enak setelah barusan diperjalanan dihadapkan ke kondisi jalan yang cukup macet tidak seperti biasa.
Keluar dari kamar mandi kudapati vivi kelihatan sedikit bingung, kutanya dia,
?Kenapa vi, kok seperti yang bingung begitu ..?
?Anu pak, barusan ada telepon dari restoran yang saya pesani untuk makan malam, katanya nggak bisa nganter makanan yang dipesan karena kendaraannya nggak ada.?
?Ya sudah nggak apa-apa, kita kan bisa bikin makanan sendiri, punya apa yang bisa dimasak??
?Adu pa, vivi jadi malu.?
?Udah nggak apa-apa kok, malah jadi bagus kita bisa masak barengan.?
Kataku sambil tersenyum, vivi melangkahkan kakinya menuju dapur dan kuikuti, sampai didapur dia membuka lemari es yang ternyata hanya ada sedikit makanan yang siap masak disana. Akhirnya kami masak masakan seadanya sambil berbincang kesana kemari
Tanpa sengaja aku perhatikan postur tubuh vivi yang terlihat lain dengan pakaian yang dikenakan sekarang, pakaian yang sedikir agak ketat menyebabkan lekuk-lekuk tubuhnya terlihat jelas, sungguh bentuk tubuh yang sempurna untuk wanita seusia dia. Tanpa sadar kuhampiri dia dan dari belakang kupeluk dia yang sedang melakukan tugasnya sebagai ibu rumah tangga, dia menoleh kearahku dan tersenyum, kudekatkan bibirku ke bibirnya dan dia menyambutnya, awalnya hanya ciuman biasa sampai akhirnya kami saling berpagutan disini, ya di dapur miliknya.
Berlanjut terus pergulatan bibir tersebut, kuraba buah dadanya dan kuremas dari luar bajunya. Tangan vivi bergerak membuka kancing baju bagian depan dilanjutkan dengan menyingkapkan BH yang dia pakai, dengan demikian tanganku kiri kanan lebih leluasa meremasnya. Beberapa saat kemudian kulepaskan bibirku dari bibirnya dan kuarahkan ke buah dadanya yang terlihat sungguh indah dengan warna puting yang kemerahan, kujilat puting yang sebelah kanan dan dia menarik nafas dalam menerima perlakuan itu, akhirnya kukulum puting itu dan kuhisap dalam-dalam sambil tangan kananku tetap meremas dadanya yang sebelah kiri.
Tangan kiriku kugerakkan ke arah pantatnya, dan kuremas pantat yang kenyal itu. Kumasukkan tangan itu ke dalam rok yang dia pakai dan disana kuraba ada sesuatu yang hangat dan sedikit basah dan kuraba-raba bagian itu terus menerus. Rupanya dia tidak tahan menerima sikapku itu, tangannya bergerak membuka resleting roknya dan melorotkannya kebawah. Aku hentikan kegiatan bibirku di buah dadanya lalu bubuka celana dalamnya dan kutemukan bulu indah yang tidak terlalu banyak disana kusingkapkan sedikit dan kuarahkan bibirku kesana dan kujilat bagian kecil yang menonjol disana.
Suara lenguhan dari bibirnya sudah tidak terbayangkan lagi, akan memperpanjang cerita kalau saya tuliskan disini.
?Oh, pak, saya belum pernah merasakan ini, oh ..?
Aku terus melanjutkan kegiatan lidahku diselangkangannya sambil terus memasukkan lidah ini kedalam gua lembab yang berbau khas milik wanita. Lenguhan demi lenguhan terus keluar dari mulutnya sampai akhirnya kurasakan tubuhnya mengejang dan bergetar dengan mengeluarkan teriakan yang tidak bisa ditahan dari mulutnya, dia sudah sampai ke puncak kenikmatan sentuhan seorang lelaku seperti aku ini, dan akhirnya kuhentikan kegiatanku itu lalu berdiri menghadap dia, danpa kuduga dia mencium bibirku.
?Pak kita ke kamar ya.?
Dia menuntunku masuk ke kamar tidurnya, kamar itu terlihat rapi, lalu kami duduk dipinggir tempat tidur dan kembali saling berpagutan disana. Dia bangkit berdiri dihadapanku seraya bertanya.
?Boleh saya buka pakaian bapak??
Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaan tersebut, lalu dia membuka seluruh pakaian yang kukenakan sampai ke celana dalamku. Dia memegang senjataku yang dia dapati dibalik celana dalam yang baru saja terbuka, lalu dia menciumnya dan menjilatinya, nikmat sekali rasanya.
?Dari dulu saya ingin melakukan ini, tapi suami saya nggak pernah mau diperlakukan begini.?
Dia berkata begitu sambil kembali meneruskan kegiatannya menjilati senjata milikku, tanpa kuduga dia lanjutkan kegiatannya tadi dengan mengulum dan menyedot batang kemaluanku, dan rasanya lebih nikmat dari yang tadi kurasakan. Akhirnya dia berhenti berlaku seperti itu dan berkata.
?Pak, tidurin vivi ya.?
Tanpa menunggu permintaan itu terulang aku baringkan tubuhnya diatas tempat tidur, aku ciumi sekujur tubuhnya yang dibalas dengan gelinjangan tubuh mulus itu, akhirnya setelah sekian lama kucoba masukkan kemaluanku kedalam lubang senggama yang memang sudah basah dari sejak tadi, dan ?Ahh ..? itulah yang keluar dari mulut vivi, sungguh nikmat sekali rasanya memasuki tubuh yang telanjang ini, dan satu lagi, lubang kemaluannya masih terasa cukup sempit dan menggigit, terbersit lam pikiranku sebuah pertanyaan, sebesar apa milik suaminya sampai lubang ini masih terasa sempit seperti ini.
Kuperhatikan jam yang ada di dinding kamarnya menunjukkan bahwa aku sudah mengeluar masukkan kemaluanku kedalam tubuhnya selama dua puluh menit dan akhirnya kembali kurasakan tubuhnya mengejang sambil mengeluarkan suara-suara aneh dari mulutnya, akhirnya dia menggelepar sambil memeluk tubuhku erat-erat seolah tidak ingin lepas dari tubuhnya, karena pelukannya itu aku jadi terhenti dari kegiatanku.
Beberapa saat kemudian vivi melepaskan pelukannya dan terkulai lemas, tapi aku melihat sebuah senyuman puas diwajahnya dan itu membuat aku merasa puas karena malam ini dia sudah dua kali mendapatkan apa yang selama ini belum pernah dia dapatkan dari suaminya.
?Gimana vi??
?Aduh, vivi lemas tapi tadi itu nikmat sekali ..?
?Vivi mau coba gaya yang lain??
?Emm ..?
Kubangunkan tubuhnya dan kugerakkan untuk membelakangiku, kudorong pundaknya dengan pelan sampai dia menungging dihadapanku, kumasukkan kejantananku kedalam lubang senggamanya dan dia mengeluarkan teriakan kecil.
?Aduh .. Pak enak sekali, dorong terus pak, vivi belum pernah merasakan kenikmatan seperti ini ..?
Aku keluar masukkan kemaluanku ini kedalam tubuhnya dengan irama yang semakin lama semakin kupercepat, lama juga aku melakukan itu sampai akhirnya dia berkata ?Pak vivi mau pipis lagi ..?, semakin kupercepat gerakanku karena kurasakan ada sesuatu yang mendorong ingin keluar dari dalam tubuhku.
Dalam kondisi lemas dan masih menungging vivi menerima gerakan maju mundur dariku, mungkin dia tahu kalau aku sebentar lagi mencapai klimaks, dan akhirnya menyemburlah cairan dari kemaluanku masuk semua kedalam tubuhnya. Beberapa saat kemudian aku merasakan tubuhku lemas bagai tak bertulang dan kucabut senjataku dari lubang milik vivi.
Aku terbaring disampingnya setelah melepaskan nikmat yang diada tara, dia tersenyum puas sambil menatapku dan memelukku, lalu kami tertidur dengan perasaan masing-masing. Dalam tidur aku memimpikan kegiatan yang barusan kami lakukan dan waktu hampir pagi aku terbangun kudapati vivi masih terpejam dengan wajah yang damai sambil masih memelukku, kulepaskan pelukkannya dan dia terbangun, lalu kami meneruskan kegiatan yang tadi malam terpotong oleh tidur sampai akhirnya kami berdua bangun dan menuju kamar mandi dalam keadaan masing-masing telanjang bulat tanpa sehelai benangpun menutupi tubuh kami.
Dikamar mandi kami melakukannya lagi, dan kembali dia mengucapkan kata-kata yang tidak habis aku bisa mengerti ?Vivi belum pernah melakukan seperti ini sebelumnya ..?.
Akhirnya kami berangkat kerja dari rumah vivi, sengaja masih pagi agar tidak ada orang di kantor yang melihat kedatangan kami berdua untuk menghindari sesuatu yang kami berdua tidak inginkan.
Sampai saya menulis cerita ini, masih tetap terngiang kata-katanya yang sering mengucapkan kata-kata ?Vivi belum pernah melakukan seperti ini sebelumnya ..? setiap saya berhubungan dengan dia dengan gaya yang lain.
Berawal dari situlah kami sering melakukan hubungan suami istri, dan itu selalu kami lakukan atas permintaan dari dia, aku sendiri tidak pernah memintanya karena aku tidak mau dia punya pikiran seolah-olah aku mengeksploitir dia. Dan sekarang vivi yang kukenal jauh berbeda dari vivi yang dulu, dia menjadi orang yang ramah dan selalu tersenyum kepada semua orang dilingkungannya.
Pemirsa, ini adalah sebuah pengalaman yang walaupun saya menikmatinya tapi tetap terbersit dalam pikiran kenapa masih ada [terutama wanita seperti vivi] yang mengalami hal seperti itu, sungguh harus menjadi contoh bagi kita kaum lelaki untuk berusaha memuaskan pasangan kita, semoga cerita ini menjadi cermin, dan walaupun begitu saya akan meneruskan cerita ini ke babak selanjutnya .. tunggu tanggal mainnya.

Oh ya, dalam cerita ini saya tidak banyak menuliskan suara-suara apa yang timbul saat kami melakukan kegiatan pertempuran laki perempuan, karena saya yakin itu akan ada dalam imajinasi anda sebagai pembaca.

Monday, February 25, 2019

Cerita Sex KAKAK PEREMPUAN JUDES YANG SELALU BIKIN GEMES


LASKARQQPerkenalkan nama saya Arif, disini saya akan menceritakan cerita sex pribadiku dengan istri pamanku. Ketika itu aku sedang liburan di kota yang dikenal sebagai kota kembang (Bandung). Saat itu disana aku bermalam dirumah Paman saya atau tepatnya adik dari Ibuku yang paling terakhir. Ibuku 6 bersaudara dan Ibuku adalah anak yang paling pertama. Ketika itu aku masih berusia 21 tahun dan pamanku berumur 33 tahun.
Pamanku ini sudah berumah tangga, nama istrinya adalah Teteh Shinta yang berumur 28 tahun. Bila dilihat dari usia mereka berdua memang agak terlalu jauh selisih usianya. Teteh Shinta ini bisa dibilang seorang istri yang cantik dan mempunyai bentuk body yang kecil tetapi bohay. Asal pembaca tahu saja, pantat Teteh Shinta ini bebar-benar kencang dan semok, pokoknya mantep deh.
Ditambah lagi Teteh Shinta ini mempunyai pinggang yang singset atau sexy. Walaupun Teteh Shinta sudah menikah kurang lebih 2 tahun de ngan pamanku, perutnya masih singset sekali para pembaca. Tapi maklum sih, karena sampai sekrang mereka belum dikaruniai seorang momongan. Oh iya, Teteh Shinta ini ada minusnya sih para pembaca, dia cantik namun judes sekali orangnya.
Teteh Shinta ini berasal dari keluarga yang sangat kaya raya, dia hanya 2 bersaudara. Teteh Shinta ini mempunyai adik perempuan yang bernama Mita, usia mita kira-kira 22 tahun, dan dia kuliah di salah satu universitas negri di bandung. Mita ini juga tiggal diruah Teteh Shinta. Selama aku berada dirumah Paman, hampir setiap hari Teteh Shinta mengomel padaku, tapi saya cuek aja.hha.
Sebenarya Teteh Shinta ini memang sangat tidak suka apabila aku menginap dirumahnya. Hal itu wajar aja sih, karena aku memang termasuk anak yang nakal dan bandel, hhe.
Dalam usiaku yang masih 21 tahun, jika dilihat dari postur tubuh, aku memang terlihat dewasa, karena aku mempunyai tinggi badan176 cm, berat badan 72 kg dan tubuhku juga proposional. Oh iya para pembacam, aku ini dari keluarga yang bisa dikatakan keluarga tidak mampu, maka dari itu Teteh Shinta selalu saja mencurigai aku, jika aku sering menerima uang dari pamanku. Pada kenyataanya pamanku sangat jarang memberi aku uang, mungkin saja dia takut dengan istrinya yang judes itu.
Saat ini aku menginap di rumah mereka, sebenarnya karena terpaksa saja, karena aku sedang berlibur di Bandung dan Ibu saya memberitahukan kepada Paman saya yang memaksa aku tinggal dirumah mereka. Singakt cerita, Hari ini entah mengapa aku merasa bosan sekali. Mungkin saja kebosananku ini berasal dari Teteh Shinta yang selalu menunjukan muka cemberut terhadap saya.
Saat itu rumah berada dalam keadaan sepi, om sudah pergi kekantor, Mita adik Teteh Shinta sedang pergi kuliah, Bik Saroh sedang pergi ke pasar, dan Teteh Shinta katanya mau pergi ke arisan. Tadi sebelum pergi, dengan nada yang setengah membentak, Teteh Shinta menyuruh aku menjaga rumah. Dalam fikiranku saat itu dari pada boring, mendingan aku nonton BF aja di kamar.
Mulailah TV kunyalakan, kuambil kaset porno yang kemarin kupinjam ditempat persewahan dekat rumah, adegan-adegan panas nampak di layar. Mendengar desahan-desahan artis BF yang cantik dan bahenol tersebut membuat aku terangsang. Dengan lincahnya tanganku melucuti celana beserta celana dalam-ku sendiri. Kejantanan saya yang sedari tadi sudah tegak, lalu kukocok perlahan.
Film yang kutonton itu cukup panas, sehingga aku menjadi semakin bergairah. Kutanggalkan pakaian yang masih melekat, akhirnya tubuhku tanpa ada penutup sekalipun. Kocokan tanganku semakin cepat seiring dengan makin panasnya adegan yang kutonton. Kurasakan ada getaran dalam kejantananku yang ingin meyeruak keluar. Aku mau Klimaks, tiba-tiba?
? Arif? apa yang kamu lakukan!!?, ucap seseorang.
Setelah aku terdiam sejenak, ternyata suara itu adalah suara seseorang seperti yang aku kenal yaitu teteh Shinta. Lalu,
? E? eee? nggak lagi ngapa-ngapain Teh? ?, jawabku terbata-bata.
Sungguh saat itu aku kaget dan sangat bingung harus berbuat apa. Aku tidak mengira kalau Teteh Shinta yang tadi katanya pergi arisan bisa kembali secepat itu. Tanpa sadar aku bangkit berdiri dan kudekati Teteh Shinta yang cantik tapi judes itu. Saat itu Teteh Shinta yang masih berdiri dalam keadaan kaget dengan mata yang melihat keadaanku yang telanjang bulat.
Ditambah lagi kejantananku yang panjang dan besar dalam keadaan tegang itu. Tiba-tiba entah setan mana yang mendorongku, secara refleks saja aku menyergap dan mendekap tubuh Teteh Shinta yang mungil padat itu. Badannya yang mungil dan tingginya yang hanya sampai sebahu dari ku, ku bekap dengan kuat dan kutarik agak keatas.
Sehingga saat itu Teteh Shinta hanya berdiri dengan ujung jari kakinya saja dengan kepala agak mendongak keatas, karena kaget. Dengan cepat kucium dan kulumat bibir tipisnya yang seksi. Seketika saat itu badan Teteh Shinta mengejang dan agak menggeliat menerima perlakuan yang tidak pernah dia sangka akan berani aku lakukan itu.
Sesaat kemudian dia mulai memberontak dengan hebat, sehingga ciumanku terlepas, lalu teteh shinta berkata,
? Arif? jangan kurang ajar? berani benar kau ini? ingat, Rif? Aku ini istri Paman kamu? !!! Cepat lepas? nanti kulaporkan kau ke Paman kamu? ?, teriak Teteh Shinta dengan suara garang mencoba mengancamku.
Aku tak lagi peduli, salah Teteh Shinta sendiri sih, orang mau Klimaks kok diganggu. Dengan buasnya aku jilat belakang telinga dan tengkuknya, kedua buah dada-nya walaupun tidak terlalu besar, tapi padat itu langsung kuramas-ramas dengan buas, sampai Teteh Shinta menjerit-jerit. Disamping nafsuku yang memang sudah menggila itu.
Saat itu ada juga rasa ingin balas dendam dan mau mengajarkan sopan santun padanya atas perlakuan dan pandangannya yang sangat menghina padaku. Saat itu Dia mencoba berteriak, tapi dengan cepat aku segera menciumnya lagi. Ada kali 10 menit aku melakukan hal itu, sementara Teteh Shinta terus meronta-ronta, dan mengancamku serta mencaci maki.
Saat itu entah apa saja yang dikatakannya, aku sudah tidak memperdulikannya lagi. Aku terus menyerangnya dengan buas dan mengelus-elus dan meremas-remas seluruh tubuhnya sambil terus mencium bibirnya dengan liarnya. Saat itu dia tidak dapat melepaskan diri dari dekapanku, karena memang tubuhku yang tinggi, dengan badan yang atletis dan berotot.
Hal ini membuat teteh Shinta tidak berdaya, karena postur tubuh teteh Shinta yang mungil. Akibat seranganku yang bertubi-tubi itu, lama kelamaan kurasakan tidak ada lagi perlawanan dari Teteh Shinta, entah karena dia sudah lelah atau mungkin dia mulai terangsang juga. Karena saat itu aku merasa sudah tidak ada perlawanan lagi dari Teteh Shinta, aku mulai mengosok-gosokan kejantananku pada perutnya.
Setelah itu aku meraih tangannya yang mungil dan kuelus-elus ke kejantananku, tangan mungilnya kugosok-gosok, mengocok kejantananku yang mulai mengeras. Tubuhnya terasa mengejang, akan tetapi kedua matanya masih terpejam, dan tidak ada perlawanan darinya. Kemudian ketika dengan perlahan kubuka baju Teteh Shinta, dia dengan lemah masih mencoba menahan tanganku.
Namun semua itu percuma saja, tangan kanan mengunci kedua tangannya dan tanganku yang kiri membuka satu demi satu kancing-kancing blusnya. Hal itu secara tidak langsung mempertontonkan keindahan tubuh di balik kain itu. Setelah berhasil membuka blus dan Bra-nya, kuturunkan ciumanku menuju ke buah dada Teteh Shinta yang padat berisi?
? Riffff? aaammmpuun? iiii? iiingaaattttt? Riffff? !!!?, ucapnya.
Belum selesai dia berbicara, aku-pun mencium dan melumat putingnya yang berwarna kecoklatan itu. Terkadang kugigit dan kupuntir putingnya, sementara kusingkap roknya dan jari-jariku mulai mengelus-elus kewanitaan-nya yang masih tertutup celana dalam mungilnya itu.
? Iiiiiiiiii? Oughhhh? Aghhhhh? Ssssss? Aghhhhh? Rifffff? ?, desah Teteh Shinta.
Akibat perlakuanku itu, kayaknya Teteh Shinta mulai terangsang juga, itu terasa dari tubuhnya yang mengejang kaku dan dengusan nafasnya makin terdengar kuat. Aku makin memperhebat seranganku dan tiba-tiba tubuh Teteh Shinta bergetar dengan kuat dan? .. .
? Aghhhhh? Rifffff? ja? jangaaannn? Riffff? ? iiii? ngaaaatttt? Oughhhh? aghhhhh? aghhhhh??, desahnya meronta.
Pada akhirnya, disertai tubuhnya yang mengejang dan menggeliat-geliat kuat, serta kedua tangannya mendekap tubuhku dan,
? Syurrrrrr? Syurrrrrr? Syurrrrrr? Syurrrrrr??, akhirnya cairan kewanitaan Teteh Shinta membasahi celana dan jemariku.
Setelah masa Klimaksnya berlalu, terasa badan Teteh Shinta melemas terkulai dalam dekapanku dan kedua matanya masih terpejam rapat, entah perasaan apa yang sedang bergelora dalam tubuhnya, puas, malu atau putus asa akibat perlakuanku terhadap nya , sehingga dia mencapai Klimaks itu. Tarikan nafasnya masih terengah-engah.
Kami terdiam sejenak, sementara tubuh Teteh Shinta bersandar lemas dalam dekapanku dengan mata. Jemari lentik Teteh Shinta masih menggenggam kejantananku yang masih tegak mengacung. Akhirnya secara perlahan-lahan kepala Teteh Shinta menengadah keatas dan terlihat pandangan matanya yang sayu menatapku.
Sehingga saat itu menambah kecantikan wajahnya dan secara lembut terdengar suaranya?
? Oughhhhh? Rifff, apa yang kau perbuat pada Tetehmu ini? ? ??????,
? Maafkan Arif Teteh? Arif lupa diri? abis Teteh tadi masuk tiba-tiba selagi Arif akan mencapai klimaks? salah Teteh sendiri sihhh? ? lagi pula? Teteh amat cantik sihhh? !!!!!!?, ucapku mencari-cari alasan sekenanya.
Sekarang kayaknya Teteh Shinta sudah pasrah dan sambil tanganya masih menggenggam kejantananku katanya lagi?
? Riffff? punya kamu gede amat yaaaa? ????. Punya Paman kamu nggak sampai segede ini? !!?, ucap teteh mulai menggoda.
? Teteh bisa aja deh? memangnya benar ya Teh ? ?, jawabku.
Memang sih, kejantanan-ku panjangnya 17 cm dan gede juga dengan kepalanya yang bulat besar, apalagi kalau lagi sangat bernafsu begini. Jemari lentik Teteh Shinta yang tadinya hanya menggenggam saja, kini mulai memainkan kejantananku dengan manja. Seperti mendapat mainan baru, tangan Teteh Shinta tak mau lepas dari situ.
? Teh? kok diiiii? dii? diemin aja, dikocok dong, Teh? biar
enaaakkk? !!!! ?, ucapku.
? Dasar kamu Rif, bawaanya keburu nafsu aja? Aghhhh? ?, ucap Teteh.
Lalu dengan perlahan-lahan kedua tanganku menekan bahu Teteh Shinta, sehingga tubuh Teteh Shinta berjongkok dan sesaat kemudian kepalanya telah sejajar dengan selangkanganku. Kedua tangannya segera menggenggam kejantananku dan kemudian Teteh Shinta mulai menjilati kepala kejantananku dengan lidahnya. Bergetar seluruh tubuhku menerima rangsang dari mulut Teteh Shinta
Dijilatnya seluruh batang kejantananku, mulai dari pangkal sampai ujung. Tak ada bagian yang terlewat dari sapuan lidahnya. Dikocoknya kejantananku didalam mulutnya, tapi tak semuanya bisa masuk. Mungkin hanya setengahnya saja yang dapat masuk ke mulut Teteh Shinta. Kurasakan dinding tenggorokan Teteh Shinta menyentuh kepala kejantananku.
Sungguh sensasi sangat luar biasa menjalar ke seluruh tubuhku. Cukup lama juga Teteh Shinta mengulum kejantananku. Kurasakan batang kejantananku mulai membesar dan makin mengeras. Dari dalam kurasakan ada sesuatu yang memaksa untuk keluar. Merasa aku akan keluar, Teteh Shinta semakin cepat mengocok batang kejantananku.
? Tehhhh? Aghhhh? Oughhh? Arif mau keluar nih? ? Aghhhh? ?, ucapku.
Tidak lama setelah berkata seperti itu pada akhirnya,
? Crotttt? Crotttt? Crotttt? ?,
Tersemburlah cairan itu dalam kejantananku, saat itu spermaku diminum, dan dijilati semua sisa-sisa spermaku, sampi-sampai tak ada lagi cairan yang tersisa. Meskipun sudah keluar tetapi kejantananku tetap saja masih tegar, meski tak seberapa keras lagi Melihat itu, Teteh Shinta mencium-cium kepala kejantananku dan menjilat-jilatnya hingga bersih.
Kemudian kutarik berdiri tubuh Teteh Shinta dan kudorong ke tempat tidur, sehingga Teteh Shinta terlentang diatas tempat tidur. Dengan cepat kulucuti rok sekalian CD nya, sehingga sekarang Teteh Shinta terlentang diatas tempat tidur dengan tubuhnya yang mungil tapi padat itu berada dalam keadaan telanjang bulat. Teteh Shinta hanya menatap ku dengan pandangan yang sayu dan terlihat pasrah.
Lalu aku naik keatas tempat tidur dan kedua kakinya kupentang lebar-lebar dan aku berjongkok diantara kedua pahanya yang terpentang membuka lebar kemaluannya yang telah licin, siap untuk diterobos. Kupegang batang kejantananku dan kugosok-gosok sepanjang bibir kewanitaan-nya, sambil kutekan-tekan pelahan.
Karena merasakan gesekan-gesekan lembut kewanitaan Teteh Shinta, kejantananku mulai mengeras kembali. Lalu aku mulai meraih tangan Teteh Shinta dan ku tempatkan pada batang kejantananku. Dengan segera digengamnya kejantananku dan diarahkan ke lubang kemaluannya. Dengan sedikit gerakan menekan, kepala kejantananku perlahan-lahan mulai masuk.
Sedikit demi sedikit kejantananku mulai masuk ke liang kewanitaan-nya Teteh Shinta. Terasa liang kewanitaan Teteh Shinta sangat sempit mencengkeram batang kejantananku. Dinding kewanitaan Teteh membungkus rapat batang kejantananku, kutekan lagi dan tubuh Teteh Shinta menggeliat?
? Oughhhhhh? Rifffff? bee? besar sekali kontol kamu? pe? pelan-pelan? Rifffff? Oughhh??, ucapnya.
Teteh Shinta merintih perlahan. Secara pelan dan hati-hati aku menekan batang kejantananku makin dalam, terasa jepitan kuat dinding kemaluan Teteh Shinta yang menjepit rapat batang kejantananku. Perasaanku terasa melayang-layang dilanda kenikmatan yang tidak terlukisakan ini,
? Tehhhhh? ? Oughhh? enak Teh? Ssss? Aghhhhh??, desahku.
Dengan kedua paha yang terkangkang lebar-lebar dan kedua tangannya berpegang pada pinggangku, Teteh Shinta memandang ku dengan tatapan sayu, terlihat sangat cantik dan menawan, sehingga aku yang sedang bertumpu diatasnya perasaanku terasa menggila, melihat dan merasakan wanita cantik dan ayu yang berbadan mungil tapi padat ini terlentang pasrah dibawahku.
Kugerakan perlahan-lahan pinggulku menekan kebawah, sehingga kejantananku terbenam makin dalam keliang kewanitaannya, dalam-dalam, lalu ujung kepala kejantananku terasa mentok, karena beberapa kali tubuh Teteh Shinta mengejang ketika aku mencoba menekan lebih kuat, aku kemudian mulai menarik keluar dan selanjutnya memompa keluar masuk.
Dengan bersemangat aku mulai menaik-turunkan tubuhku. Gerakan naik-turun yang terkadang diselingi dengan gerakan memutar, sungguh merupakan sensasi yang sangat luar biasa. Apalagi posisi kedua paha Teteh Shinta terkangkang lebar-lebar, membuat tikaman-tikamanku terasa jauh didalam dasar liang kewanitaannya. Aku dapat melihat buah dada Teteh Shinta bergerak-gerak.
Payudara teteh saat itu bergerak keatas kebawah setiap kali aku menekan masuk kejantananku dalam-dalam sehingga kedua selangkangan kami berhimpit rapat-rapat. Kemudian kurasakan otot-otot kemaluan Teteh Shinta dengan kuat menyedot kejantananku. Semakin lama kurasa semakin kuat saja kewanitaan Teteh Shinta menjepit kejantananku.
Kulihat wajah Teteh Shinta nampak makin memerah menahan Klimaks keduanya yang akan melandanya sebentar lagi,
? Aaaaaaddduuuuuhhhhh? Rifff? Aaaagggghhhhhh? Oouggg? hhaa? hhaa? Rifff ? Teteh Mau keluar lagi ni Rifff? Aghhhh? ?, desahnya menuju klimaks.
Dan tidak lama setelah itu,
? Syurrr? Syurrr? Syurrr? Syurrr? ?,
Akhirnya aku merasakan cairan hangat membasahi kejantananku. Sementara nafsuku sudah sangat memuncak menuntut penyelesaiannya, aku sudah tidak bisa lagi bertindak halus, tanpa banyak bicara, segera saja kupompa pantatku dengan cepat dan gencar, mendapat serangan yang agak kasar dan tiba-tiba itu Teteh Shinta menjerit-jerit kesakitan.
Meskipun liang kewanitaan Teteh Shinta telah basah dan licin banget, tapi tetap saja terasa seret untuk ukuran kejantananku yang besar. Tak kuhiraukan lagi suara Teteh Shinta yang menjerit-jerit kesakitan, yang ada dipikiranku saat itu adalah aku ingin segera mengakhiri permaina ini dan merasakan nikmat yang akan datang padaku.
Kurasakan otot-otot kejantananku mulai berdenyut-denyut dengan kerasnya, ada sesuatu yang berusaha untuk keluar dari batang kejantananku. Kucoba untuk menahannya selama mungkin agar tidak segera keluar, tapi jepitan dinding kemaluan Teteh Shinta akhirnya meruntuhkan pertahananku.
? Sssss? Tehhhh? Oughhh? ?, desahku.
Keluhan panjang penuh kenikmatan keluar dari mulut ku disertai dengan,
? Crotttt? Crotttt? Crotttt? ?,
Terseemburlah spermaku menyemprot dengan kuat, mengisi relung-relung terdalam liang kewanitaan Teteh Shinta, kemudian badanku tertelungkup lemas menidih badan mungi Teteh Shinta. Sementara kuubiarkan kejantananku tetap didalam kemaluan Teteh Shinta untuk merasakan sisa-sisa Klimaksku. Kurasakan kemaluan Teteh Shinta tetap saja berdenyur-denyut, meski tak sekuat tadi.
? Teh, terima kasih ya udah mau puasin Arif ?, ucapku dengan manja.
? Dasar kamu Rif, kalau lagi nafsu jangan main maksa dong, masak Teteh kamu sendiri kamu perkosa juga? !!!!?, ucapnya manja.
? Iiihhhhh? Teteh? tapi Teteh senang juga? kaannnn ? ?????,
? Iya? siiihhh? !!!!!?, kata Teteh Shinta malu-malu.
Singkat cerita semenjak kejadian skandal itu, sikap Teteh Shinta terhadapku berubah 360 derajat, biarpun sikap kami ini tetap terjaga dihadapan Paman dan adik Teteh Shinta. Aku dan Teteh Shinta sering berhubungan sex bersama kalau rumah lagi sepi. Aku makin merasa sayang saja terhadap Teteh Shinta, apalagi Teteh Shinta melayani nafsu sex saya dengan rela dan sepenuh hati. Selesai.

Cerita Sex Nikmatnya Memek Basah Dita Sahabatku


LASKARQQCitra adalah nama gadis yang selama ini menjadi gebetanku, namun aku akui ternyata sulit juga untuk mendapatkan hatinya. Padahal aku sudah melakukan segala cara untuk mendapatkan perhatiannya, kami sekolah di tempat yang sama. Namun hanya beda kelas, walau begitu sebenarnya aku pernah menjadi teman satu kelas dengan Citra ketika masih kelas 10 lalu.
Saat itu aku memang tidak ada hati padanya dan lebih memilih pacaran dengan teman sebangkunya Aini. Memang di sekolah aku di kenal sebagai cowok yang sering gonta-ganti pacar, mungkin karena tampangku yang keren sehingga dengan mudahnya aku mendapatkan pacar. Dan tidak lupa juga bahwa aku sering melakukan adegan seperti dalam cerita seks yang memang sudah biasa di lakukan teman-temanku juga.
Mungkin karena itu juga Citra tidak mau menerimaku untuk menjadi pacarnya ?Bima..tunggu..? Terdengar suara yang memanggil namaku dari belakang ketika aku menoleh ternyata Dita temanku ?Apa sayang..? Kataku menggodanya dia hanya tertawa ?Sayang.. sayang matamu.. gua cuman mo bilang kalau Citra tadi bbm gua kalo dia sakit..? Aku terkejut medengar kata Dita.
Dita memang sahabat Citra dan dia satu kelas denganku, Dita tahu kalau aku memang benar-benar suka pada Citra. Dan diapun sering melihatku memperhatikan Citra dari jauh. Sebenarnya banyak teman-temanku yang mengajakku nongkrong bareng, dan aku tahu kalau sudah berada di tempat nongkrong pasti banyak yang melakukan adegan cerita sex dan hal itu yang aku hindari sekarang.
Aku benar-benar suka pada cewek yang satu ini, karena itu sepulang sekolah aku langsung menuju ke rumah Citra tidak lupa juga aku mengajak Dita kesana. Sebelumnya aku masih mampir untuk membeli buah di sebuah stand toko buah, dan Dita yang membawakannya ketika kami sudah sampai di depan rumah Citra. Kami keluar dari dalam mobil menuju rumahnya dan hal ini baru pertama kali aku lakukan.
Main ke rumah Citra meskipun sudah berulang kali aku main ke rumah cewek tapi aku begitu gugup masuk ke rumahnya ?Aduh?nanti Citra nggak mau nemuin gue Dit?? kataku pada Dita, dia tersenyum sambil berkata ?Baru kali ini gua liat lu gugup..? Aku menampiknya ?Enak aja siapa yang gugup?? Kataku sambil duduk di ruang tamu Citra begitu pembantunya mempersilahkan duduk.
Aku lihat rumah Citra begitu luas dan dapat aku pastikan kalau kedua orang tuanya sibuk. Ini saja aku masih sendirian dan hanya pembantu yang tadi menghidangkan minuman lalu masuk lagi, sedangkan Dita masuk ke dalam kamar Citra hingga beberapa saat kemudian dia datang ?Ayo katanya mau jenguk kok malah duduk di situ?? Akupun beranjak dari tempat dudukku.
Kamipun mengobrol di dalam kamar Citra, dan aku lihat mukanya memang pucat. Tapi dia tetap cantik apalagi saat dia tersenyum nampak kedua lesung pipit di pipinya, hingga akhirnya kami pamit pulang. Dan sejak saat itu aku menjadi lebih dekat dengan Citra, dan aku tidak lupa kalau semua ini berkat Dita sahabatnya dan juga kini menjadi sahabatku.
Akupun menjadi lebih sering main dan jalan dengan Dita untuk membicarakan tentang Citra, yang aku lihat kini lebih terbuka lagi padaku. Pernah Citra bercerita tentang masalah keluarga yang kini dia hadapai ternyata mama dan papanya akan segera berpisah dan hal itu yang membuatnya down. Hari ini aku main ke rumah Citra bersama dengan Dita juga.
Namun cuaca tiba-tiba mendung karena itu akupun pamit, meskipun membawa mobil tapi akupun pamit pulang. Dan Dita juga ikut denganku, dan benar saja belum sampai rumah hujan turun dengan derasnya karena aku memang berniat mengantar Dita lebih dulu. Akupun mampir ke rumahnya karena hujan begitu deras dan jarak pandang di dalam mobil jadi terganggu juga.
Di rumah Dita dia membuatkan aku segelas teh hangat, dan Dita masuk kedalam rumahnya. Aku yang merasa kedinginan berniat hendak ke kamar mandinya, dan ketika melewati kamar Dita yang terbuka akupun masuk dan astaga aku lihat Dita sedang telanjang tanpa memakai pakaiaan sehelaipun ?OOhh.. maaf Dit.. gue mau..? Aku hendak pergi dari kamar itu namun tanganku di tarik olehnya.
Dengan cepat aku sudah berada tepat di pelukannya, dan aku tidak munafik ketika sudah berada di dalam pelukan gadis seperti ini. Akhirnya akupun melakukan adegan seperti dalam cerita seks yang selama ini sudah biasa aku lakukan. Aku menciumi wajah Dita dan aku raba-raba juga tubuhnya ?Ooouugggghhhh?. aaaagggghh? ooouugghh? Bim? aaaggghhh? teruuus saaayaaang..? Desahnya.
Akupun semakin nekat dengan melepas bajuku juga, dan nampak kini kedua tubuh yang berlainan jenis sama-sama telanjang bulat ?Aaaggghhh? Dit?? aaagggghhh? aaagggghh?. aaagggggghh..? Aku menyusuri tubuhnya untuk aku cium, diapun berkata Lirih ?Aaggghh.. ayo Bim.. lakukaaaan saajaaa? aaaggggghhh? aaaggghh?? Katanya berbisik pada telingaku.

Aku yang mendengar hal itu apalagi hal ini bukan kali pertama aku melakukan adegan cerita sex. Segera aku naiki tubuh Dita yang sudah terlentang di atas kasurnya, dan aku tancapkan kontolku ke dalam kemlauannya ?Oouuggggghh? Dit.. aaaggghh? gua goyang ya.. aaggggghh..? Dia memjamkan mata sambil berkata ?Teruus Bim?aaaagggghhhh?aaaggghhh..?.
Merasa sudah terbenam dengan benar akupun melakukan gerakan naik turun di atas tubuhnya ?Oouugggghh? ooouugghhh.. Biiimmm? aaaggghhh? nikkkmaaat.. bim? aaaaggghhh? aaagggghhh? aaagghhhh?? Dita begitu menikmatinya dia bahkan tidak lagi mendesah tapi mengerang dengan kerasnya, untungnya hujan masih terdengar deras di luar sehingga erangan Dita tidak terlalu terdengar.
Kini tubuhku semakin cepat bergerak karena aku sadar kalau-kalau orang tua Dita datang ?Ooouuuuwww?. aaagggghh.. aaaggggghh.. Dita sayaaang.. aaahhkkkkk? aaaaaaahhhku? aaaggggghh? aaaaaggggggghhh?? Muncrat sudah spermaku kedalam memek Dita dan diapun aku lihat tersenyum puas layaknya pemain profesional adegan cerita seks yang binal.
Kamipun segera merapikan pakaian kami lagi, lalu aku kembali duduk di ruang tamu Dita. Dan kami mengobrol biasa sampai akhirnya hujan berhenti dan aku pamit pulang pada Dita, aku tidak mengerti dengan cewek satu ini. Kenapa dia mau melakukan ini denganku, bahkan ketika kami mebobrol tadi dia tidak membahasnya sedikitpun dan sikapnya biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa.

Daftar Sekarang di LaskarQQ!